Pelajaran 7, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Pengantar

Dalam pelajaran enam, kita menelaah kehidupan dan pelayanan Paulus. Gereja terus tersebar dan banyak kehidupan sedang diubahkan. Orang-orang Kristen baru ini diajar untuk berhubungan secara berbeda dengan segala sesuatu mulai dari pasangan mereka hingga uang dan musuh-musuh mereka. Roh Kudus membawa sebuah revolusi dalam kehidupan banyak orang. Akan tetapi, revolusi-revolusi ini membingungkan dan orang tidak selalu tahu persis akan apa yang dituntut dari sebuah revolusi. Jadi, Allah memberi kita dua puluh satu surat yang memberi tahu kita bagaimana menjalani kehidupan revolusioner ini. Paulus menulis tiga belas dari dua puluh satu surat itu. Masing-masing ditulis untuk gereja-gereja atau orang-orang tertentu. Delapan lainnya ditulis oleh empat penulis berbeda: Yakobus, Petrus, Yohanes, dan penulis Ibrani yang tidak dikenal. Sebagian dari surat-surat ini ditulis untuk gereja pada umumnya dan disebut sebagai Surat-Surat Umum. Tiga surat Yohanes dan kitab Wahyu, bersama dengan Injilnya, dikenal sebagai literatur Yohanes. Kita akan mempelajari kedelapan surat itu pada pelajaran berikutnya, tetapi dalam dua pelajaran berikutnya kita akan menelaah ketiga belas surat Paulus. Meskipun ada sedikit perbedaan antara sebuah surat dan sebuah epistel, adalah sah untuk menggunakan kedua istilah tersebut sebagai sinonim.

I. Roma

Kita harus ingat bahwa ini adalah sebuah telaah pelajaran tentang Perjanjian Baru. Tujuan kami adalah untuk memperkenalkan kitab-kitab Perjanjian Baru dan buku mempelajari isnya secara detail. Kami lebih fokus pada mengapa setiap kitab ditulis, kepada siapa itu ditulis, apa gagasan utamanya, dan bagaimana isinya diatur. Daily Bread University dan Christian University GlobalNet kami menawarkan pelajaran-pelajaran individual pada masing-masing kitab Perjanjian Baru yang mempelajari latar belakang dan konten mereka secara lebih mendalam. Anda akan mendapatkan pelayanan yang baik dalam melanjutkan pembelajaran Anda terhadap Firman Allah melalui pelajaran-pelajaran ini.

Surat pertama dari surat-surat Paulus yang kita telusuri dalam Perjanjian Baru adalah Roma. Surat ini, bersama dengan Kolose, adalah salah satu dari dua surat yang dia tulis kepada gereja-gereja yang tidak dia tanam. Dalam surat-surat ini, dia menulis kepada orang-orang yang mengenalnya berdasarkan reputasinya, tetapi dia tidak melayani mereka secara pribadi. Tema surat Roma adalah Injil, dan gagasan dari surat itu adalah bahwa kabar baik Allah adalah sebuah pesan yang utama. Karena Paulus tidak pernah secara pribadi mempresentasikan Injil kepada orang-orang ini, maksudnya menulis adalah untuk memastikan mereka mengerti apa yang dimaksud dengan istilah injil. Ada banyak versi Injil yang terdistorsi dan Paulus, dalam persiapan untuk kunjungannya ke Roma, mengklarifikasi apa yang dimaksudkannya dengan istilah tersebut. Jadi pertanyaan yang menarik dalam kitab Roma adalah: Apa sebenarnya Injil itu? Oleh karena itu, Paulus memberikan penjelasan yang paling menyeluruh tentang Injil yang kita temukan dalam surat-suratnya. Pernyataan kunci dalam kitab Roma adalah, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’” (Roma 1:16-17). Surat Roma adalah sebuah risalah teologis yang luar biasa. Surat itu adalah penjelasan Paulus yang menyeluruh tentang Injil dan karya besarnya.

Ada dua pembagian utama dalam kitab ini. Dalam pasal 1-11, Paulus menjelaskan Injil Yesus Kristus, dan bagian ini terutama bersifat teologis. Dalam pasal 12-16, Paulus menjelaskan bagaimana memercayai Injil mengenai Yesus Kristus seharusnya memengaruhi kehidupan sehari-hari kita, lebih bersifat praktis. Tidak dapat terbayangkan oleh Paulus, dan seharusnya bagi kita, bahwa setiap orang yang dapat memahami kebenaran Roma 1-11 tidak merasa terdorong untuk menanggapi desakannya dalam pasal 12-16. Surat Roma memberi kita penjelasan terdalam dan terlengkap mengenai Injil. Kita menggunakannya hari ini sebagai sebuah teks dasar untuk kebanyakan teologi kita dan sebagai nasihat-nasihat untuk kehidupan Kristen praktis.

II. 1 Korintus

Kitab berikutnya dalam Perjanjian Baru adalah 1 Korintus. Tujuan Paulus untuk menulis surat ini adalah untuk mengatasi beberapa permasalahan serius dalam gereja yang bermasalah ini. Orang-orang dari Korintus telah mengunjungi Paulus di Efesus, dan berita mereka tentang gereja di Korintus begitu mengganggu sehingga Paulus menulis surat ini untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Paulus sedang merencanakan perjalanan ke Korintus, tetapi dia merasa kekhawatiran-kekhawatirannya ini tidak dapat ditunda lagi sampai kunjungannya tiba. Di antara permasalahan-permasalahan lainnya, Paulus berbicara tentang perpecahan di dalam gereja. Ada juga dua orang di gereja yang hidup dalam hubungan amoral — dan para anggota gereja gagal mengatasinya.

Pada paruh kedua dari 1 Korintus, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus yang ditanyakan Korintus dalam sebuah surat yang telah mereka kirim. Mereka memiliki kekhawatiran-kekhawatiran mengenai hubungan pernikahan, perilaku yang menjadi tanda tanya bagi orang Kristen, tatanan gereja, karunia-karunia rohani, dan keabsahan kebangkitan Yesus. Gagasan besar dari 1 Korintus adalah bahwa Injil terlalu berkuasa untuk diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena mereka orang Kristen, Paulus bersikeras agar mereka hidup dengan pengajaran Yesus.

Paulus mengenal banyak orang percaya dari Korintus dengan baik. Dia telah menghabiskan delapan belas bulan di sana ketika dia menanam gereja itu pada 51-52 M. Akan tetapi orang-orang baru yang tidak mengetahui Paulus yang telah menjadi orang Kristen dan bergabung dengan gereja. Banyak dari mereka lebih memilih Apolos, pendeta mereka saat ini (1Kor. 1:10-12), sementara yang lain lebih menyukai Paulus. Tanggapan Paulus adalah bahwa dia dan Apolos adalah rekan sekerja. Ia menulis, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allahlah yang memberi pertumbuhan” (3:6). Jadi, Paulus menanggapi laporan-laporan yang telah dia dengar tentang Korintus dalam pasal 1-6 dan menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik mereka dalam pasal 7-16.

Konten 1 Korintus tidak pernah lekang oleh waktu Surat pertama kepada jemaat Korintus memberi kita wawasan tentang beberapa pergumulan yang dihadapi gereja mula-mula dan menghadirkan instruksi yang sangat luar biasa tentang bagaimana kita dapat menghadapi permasalahan-permasalahan yang sama seperti yang kita hadapi saat ini.

III. 2 Korintus

2 Korintus ditulis beberapa bulan setelah 1 Korintus sekitar tahun 55 M. Tujuan Paulus dalam surat ini adalah untuk menjelaskan dan mempertahankan reputasinya sebagai seorang pribadi dan seorang rasul. Beberapa orang dalam gereja menentang keras Paulus. Mereka menuduhnya tidak jujur dan curang dan menggunakan perubahan rencana Paulus untuk mendiskreditkannya. Dia telah memberi tahu Korintus bahwa dia akan berhenti di Korintus dalam perjalanannya ke Makedonia, tetapi rencananya berubah dan dia pergi ke Makedonia lebih dulu. Dia menulis 2 Korintus dari Makedonia dan memberi tahu Korintus bahwa dia berencana mengunjungi mereka dalam perjalanan kembali ke Efesus.

Musuh-musuh Paulus menggunakan perubahan rencana ini untuk menuduhnya sebagai penipu. Selain itu, Paulus telah menulis sebuah surat yang diperlukan, tetapi keras, menegur kepada beberapa anggota gereja Korintus yang mengganggu dan tidak bermoral, dan mereka tersinggung. Dia memiliki beberapa musuh yang kuat yang berusaha menghancurkan reputasinya. Jadi, tujuan utamanya dalam menulis surat ini adalah untuk menjelaskan tindakannya dan membela integritasnya sebagai seorang rasul. Ini adalah sebuah surat yang sulit, tetapi ditulis sebagai sebuah upaya untuk berdamai dengan para pengritiknya. Paulus peduli tentang orang-orang Kristen ini. Kebanyakan dari mereka adalah teman-teman baik; dan meskipun dia menghadapi mereka, dia melakukannya dengan kesabaran dan kasih. Tujuannya adalah untuk memulihkan hubungan-hubungan yang telah tegang dan, dalam beberapa kasus, retak.

Gagasan besar Paulus dalam 2 Korintus adalah bahwa tindakannya, karakternya, dan panggilannya dari Allah sebagai seorang rasul melegitimasi pelayanannya. Surat itu berisi tiga bagian. Dalam pasal 1-7, Paulus menjelaskan tindakan dan pelayanannya. Dalam pasal 8-9, dia mendorong para pembacanya untuk berpartisipasi dengan murah hati dalam pengumpulan dana untuk gereja di Yerusalem. Dalam pasal 10-13, Paulus menegaskan karakter dan pelayanannya, dan memuat sebagian dari tulisannya yang paling dekat dan transparan secara pribadi. Pembelaan terbesar Paul atas legitimasinya adalah kualitas hidupnya. Seandainya, hidupnya bertentangan dengan pesannya, dia akan kehilangan argumennya yang paling kuat.

Kontribusi penting yang diberikan oleh 2 Korintus kepada Perjanjian Baru adalah wawasan yang diberikannya dalam kehidupan pribadi Paulus. Kita menggunakannya hari ini sebagai sebuah model untuk bagaimana menyelesaikan masalah interpersonal yang meresahkan.

IV. Galatia

Galatia mungkin ditulis kira-kira selama 50 M kepada gereja-gereja yang telah Paulus dan Barnabas tanam dalam perjalanan misi pertama mereka selama 48-50 M dan kemungkinan besar ditulis di hadapan Sidang Yerusalem pada 50 M. Orang Galatia meninggalkan pesan Injil yang telah diberitakan Paulus dan Barnabas dan mengadopsi pesan yang menggabungkan antara iman dan perbuatan. Beberapa guru Kristen Yahudi datang ke gereja Galatia ini setelah Paulus dan Barnabas pergi dan mengajarkan bahwa bangsa-bangsa lain harus mempraktikkan hukum upacara Yahudi. (Orang-orang ini disebut Yudaiser.) Mereka juga menuduh Paulus tidak menjadi seorang rasul yang sah sebagai cara untuk meminimalisir otoritas dari pesannya. Beberapa orang percaya Galatia mengadopsi pesan para Yudaiser.

Tujuan surat Galatia adalah untuk memerangi pengajaran sesat ini dan memanggil orang-orang Galatia untuk tetap setia kepada Kristus. Konsekuensinya, surat ini berisi sebuah presentasi Injil yang kuat dan sederhana. Surat ini dengan jelas menjelaskan bahwa keselamatan adalah karunia Allah cuma-cuma yang ditawarkan melalui kasih karunia-Nya. Tujuan kedua dari kitab ini adalah untuk menjelaskan dan membela panggilan kerasulan Paulus. Dalam pasal 1 dan 2, ia menyajikan bukti yang jelas bahwa ia adalah seorang rasul yang sah.

Gagasan besar Galatia adalah bahwa Injil kasih karunia memberikan kita kebebasan untuk bertumbuh dalam Kristus. Orang-orang percaya baru ini disibukkan dengan mekanisme-mekanisme menjadi seorang Kristen, dan hal-hal tersebut membuat mereka tidak bertumbuh dalam iman mereka. Akibatnya, kekristenan tidak bekerja untuk mereka dan mereka mempertimbangkan opsi lain. Paulus menunjukkan bahwa Injil, jika dipahami dengan benar dan dihidupi, akan bekerja; dan jika mereka menerapkan apa yang Paulus ajarkan, mereka akan menemukan kebenaran dan kekuatan Injil untuk mengubahkan kehidupan mereka. Pesan Injil, ketika diikuti, menghasilkan buah roh Allah.

Nada dalam Galatia menunjukkan bahwa Paulus frustrasi dengan orang-orang Galatia dan dengan pengabaian mereka terhadap Injil. Surat ini adalah surat yang paling impersonal dan singkat dari semua suratnya dan tidak memiliki salam pribadi seperti biasanya. Surat itu disusun sekitar tiga tema utama. Paulus membela kerasulannya dalam pasal 1 dan 2. Dia memberikan sebuah penjelasan yang menyeluruh tentang Injil dalam pasal 3 dan 4; dan dalam pasal 5 dan 6 dia menjelaskan bagaimana Roh Kudus menggunakan Injil untuk mengubah kehidupan dan bagaimana para pembacanya harus berjalan dalam pengajaran dan kuasa Roh Kudus.

Orang Kristen di setiap generasi tergoda untuk kembali pada kebiasaan-kebiasaan lama ketika kebiasaan-kebiasaan yang baru membutuhkan waktu untuk berkembang. Pertanyaan Paulus kepada jemaat Galatia relevan di sepanjang waktu, “Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Galatia 3:2-3).

Paulus beralasan bahwa mereka dipertobatkan kepada Kristus oleh kuasa Roh Kudus, tetapi sekarang mereka berusaha untuk menghidupi kehidupan Kristen dengan kekuatan daging mereka sendiri. Perhatikan kontras yang dia buat dalam pasal 5 antara perbuatan-perbuatan daging yang merusak dalam 5:19-21 dan buah Roh yang membangun dalam 5:22-23. Perbedaan tersebut menjelaskan mengapa Paulus memerintahkan kita untuk “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (Galatia 5:16-17). Surat Galatia berkontribusi kepada pengajaran Perjanjian Baru dengan menghadirkan Injil kasih karunia dalam bahasa yang jelas dan menarik. Kita menggunakannya hari ini untuk menyajikan Injil kepada orang-orang tidak percaya yang belum datang kepada Kristus dan untuk membantu para orang percaya memahami bagaimana berjalan di dalam kuasa Roh Allah.

V. Efesus

Efesus adalah salah satu dari empat Surat dari Penjara. Dari tahun 62 hingga 64 M, ketika Paulus berada di bawah tahanan rumah di Roma, dia menulis surat kepada jemaat-jemaat di Efesus, Filipi, dan Kolose, dan kepada temannya, Filemon. Efesus tidak ditulis untuk membahas masalah-masalah doktrinal atau perilaku, tetapi untuk mengajar dan mendorong sebuah gereja yang sehat menuju pada kehidupan Kristen yang lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk mendesak para pembacanya, “dipanggil berpadanan dengan panggilan Anda” (4:1). Paulus telah berhenti di Efesus secara singkat di akhir perjalanan misionarisnya yang kedua di tahun 52 M. Akan tetapi, ia telah menggunakan Efesus sebagai basis pergerakannya selama sekitar tiga tahun selama perjalanan misinya yang ketiga dan telah membangun hubungan-hubungan yang kuat di sana. Dia tahu banyak dari orang-orang ini dengan baik, dan kita dapat membayangkan ketulusannya ketika dia menulis, “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” (Efesus 1:1-2). Demikian juga kita membayangkan bahwa ketika orang Efesus menerima surat dari Paulus, mereka bersemangat untuk mendengar dari mentor terkasih mereka.

Gagasan besar Efesus dapat diambil dari nasihat Paulus dalam 4:1-3.

“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.”

Perhatikan bahwa ada dua infinitif pada bagian itu. Dia menasihati mereka “supaya hidupmu dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” dan “berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Jadi, gagasan besar dari Efesus adalah bahwa hidup kita berpadanan dengan panggilan kita ketika kita berjalan dalam kesatuan.

Surat ini memiliki dua pergerakan. Pasal 1-3 mengajarkan kita bahwa Allah telah membuat persatuan menjadi mungkin. Pasal 1 menjelaskan bagaimana Allah kita yang kudus membentuk persatuan dengan manusia yang berdosa. Dalam pasal 2, ia memberi tahu kita bahwa Allah membuat persatuan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi dimungkinkan dalam gereja. Dan di pasal 3, Paulus menyatakan betapa antusiasnya dia tentang dipilih oleh Allah untuk menyatakan pesan damai dan persatuan-Nya. Kemudian dalam pasal 4-6, Paulus menjelaskan bagaimana persatuan dapat dimungkinkan dalam gereja, dalam semua hubungan manusia, di rumah, dan di tempat kerja. Dia menutup surat itu dengan mengatakan kepada kita bahwa pertempuran kita tidak melawan satu sama lain tetapi melawan Setan, musuh kita yang jahat dan kuat. Jadi kecuali jika kita dilengkapi dengan semua baju zirah Allah, kita tidak akan pernah bisa melawan usahanya untuk menghancurkan kita. Seperti banyak surat Paulus, paruh pertama (pasal 1-3) menyajikan landasan teologis dan paruh kedua (pasal 4-6) mengajarkan penerapan praktis dari landasan teologis itu.

Efesus berkontribusi terhadap Perjanjian Baru dengan menjelaskan betapa pentingnya persatuan bagi gereja. Hal itu penting hari ini karena hal tersebut memberikan sebagian dari pengajaran kita yang paling penting tentang bagaimana kehidupan gereja bekerja dan bagaimana kita dapat hidup dalam persatuan dengan satu sama lain.

VI. Filipi

Filipi adalah surat berikutnya dalam Perjanjian Baru. Gereja di Filipi adalah gereja pertama yang ditanam Paulus di Eropa. Dia telah menerima penglihatan seorang pria Makedonia yang memintanya untuk datang dan membantu mereka, dan Lukas mencatat bahwa, “Ketika Paulus melihat penglihatan itu, segera kami berusaha masuk ke Makedonia, menyimpulkan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada mereka. (Kis. 16:10). Gereja Filipi ditanam pada tahun 50 M dalam perjalanan misi Paulus yang kedua. Filipi adalah sebuah catatan terima kasih yang panjang. Dalam 1:3-5 dan 4:10-19, Paulus menyatakan penghargaannya yang mendalam kepada teman-temannya di Filipi karena mendukungnya dengan doa dan uang mereka. Tujuannya adalah untuk memberi tahu mereka betapa menguatkannya hadiah-hadiah dan doa-doa mereka dan berterima kasih kepada mereka atas dukungan mereka.

Orang Filipi merasakan perhatian dan kepedulian yang mendalam bagi guru mereka yang tercinta; dan karena dia di penjara, dia menulis untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak hanya sehat tetapi juga berhasil. Dia juga memperingatkan mereka tentang guru-guru palsu dan mendorong mereka untuk berdiri tegar dalam menghadapi pertentangan dan penganiayaan. Paulus jelas sangat mengasihi orang Filipi, dan mereka sebaliknya. Gagasan besar dalam Filipi adalah “hidup adalah Kristus.” Garis besarnya adalah sebuah garis besar yang sederhana. Pasal 1 dan 2 memberikan teladan-teladan kehidupan Kristen. Pasal 3 dan 4 menasihati para pembaca untuk mengikuti contoh-contoh tersebut. Surat Filipi memberi sumbangan besar kepada Perjanjian Baru karena kita mendapatkan begitu banyak wawasan tentang kehidupan dan pikiran Paulus. Sebagaimana kita baca hari ini, kita dinasihati untuk kehidupan Kristen yang superlatif.

Keenam surat ini menyajikan pesan dasar yang sama: Kabar baik Injil terlalu kuat untuk diabaikan. Siapa pun yang menerima karunia hidup kekal dari Yesus juga harus menerima undangan-Nya untuk menjalani hidup berkelimpahan yang Dia tawarkan.