Pelajaran 4, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Pengantar

Pelayanan Yesus berlangsung selama tiga tahun dan dipenuhi dengan ajaran dan peristiwa luar biasa. Apa yang pertama kali muncul di benak banyak orang ketika mereka berpikir tentang Yesus adalah mukjizat-mukjizat-Nya dan perumpamaan-perumpamaan-Nya. Dan karena mereka memainkan peranan besar dalam pelayanan-Nya, kita akan fokus pada dua hal tersebut untuk bagian dari pelajaran ini. Tetapi karena persahabatan-persahabatan dan percakapan-percakapan-Nya adalah bagian terbesar dari pelayanan-Nya, kita juga akan melihat hal-hal itu. Perumpamaan Yesus memikat banyak orang dan mukjizat-Nya menunjukkan kuasa-Nya untuk menyembuhkan banyak orang. Tetapi Dia lebih dari seorang pembuat mukjizat dan pengajar. Dia adalah seorang sahabat. Dia duduk di dekat sumur dan berbicara dengan seorang wanita yang bermasalah. Dia dengan penuh kasih mengampuni Petrus yang menyangkal Dia. Dia adalah seorang pribadi yang nyata, dan Dia peduli dengan orang lain. Dia melayani melalui percakapan-percakapan dan persahabatan-persahabatan sama kuatnya dengan pelayanan yang Dia lakukan melalui mukjizat-mukijzat dan perumpamaan-perumpamaan.

I. Mukjizat-Mukjizat Yesus

  1. Definisi “Mukjizat”

Mari kita bicara, pertama-tama, tentang mukjizat-mukjizat Yesus. Kita mendefinisikan mukjizat sebagai sebuah karya Allah yang melampaui kekuatan alam biasa dan mengungkapkan sebuah kebenaran Ilahi.

  1. Pekerjaan Allah. Hanya Allah yang melakukan mukjizat, bukan manusia. Anda dan saya tidak memiliki kekuatan untuk melakukan sebuah mukjizat. Satu-satunya manusia yang pernah melakukan mukjizat adalah Yesus. Hanya Allah yang dapat melakukan mukjizat. Ketika Petrus dan Yohanes dan murid lainnya menyembuhkan orang, mereka menyatakan bahwa Allah sedang bekerja melalui mereka dan mengembalikan pujian kepada Allah. Salah satu hal yang membedakan Yesus adalah fakta bahwa mukjizat-mukjizat-Nya adalah bukti bahwa Dia, sesungguhnya, Anak Allah.
  1. Melampaui Hukum Alam. Bagian kedua dari definisi menyatakan bahwa mukjizat melampaui kekuatan alam biasa. Mukjizat adalah peristiwa supranatural. Meskipun mukjizat melampaui hukum alam kita, hal tersebut adalah kejadian yang normal bagi Allah yang menciptakan alam dan hukumnya. Mukjizat bersifat supranatural bagi kita, tetapi sangatlah natural bagi Allah.

Yesus menentang hukum gravitasi ketika Dia berjalan di atas air. Dia menentang hukum waktu dan fisika ketika Dia mengubah air menjadi anggur. Butuh waktu dan proses kimia tertentu untuk mengubah jus buah menjadi anggur. Yesus melampaui hukum-hukum alam ini dengan membuat anggur dari air dalam sekejap.

  1. Dilakukan untuk Mengungkapkan Kebenaran. Bagian ketiga dari definisi mengatakan mukjizat dilakukan untuk mengungkapkan kebenaran. Dengan melakukan mukjizat, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah dan bahwa tawaran-Nya untuk menyelamatkan orang-orang dari dosa adalah sebuah tawaran yang absah. Dia menunjukkan belas kasihan kepada orang-orang yang terluka dengan membantu mereka. Dia bisa saja mengabaikan rasa sakit atau permasalahan mereka, tetapi Dia menunjukkan betapa Dia peduli terhadap mereka. Yesus datang untuk melakukan jauh lebih banyak daripada memberi makan orang banyak dan menyembuhkan yang sakit. Dia datang untuk menyembuhkan luka yang jauh lebih dalam di jiwa manusia.

B. Catatan Yohanes tentang Mukjizat-Mukjizat Yesus

  1. Mukjizat sebagai Tanda. Ada sekitar tiga puluh mukjizat yang tercatat dalam Injil. Matius berisi dua puluh mukjizat; Markus mencatat delapan belas; dan Lukas mencatat dua puluh. Yohanes mencatat hanya tujuh mukjizat, tetapi bukan karena ia tidak terlalu menekankan pada mereka sebagaimana tiga penulis lainnya. Faktanya justru sebaliknya, Yohanes mengatakan dia menulis Injilnya sehingga kita dapat percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah; dan catatannya disusun sekitar tujuh mukjizat itu. Dia bahkan memilih kata tertentu yang berarti “tanda” ketika dia merujuk pada mukjizat-mukjizat Yesus. Itu adalah kata yang berarti “bukti” dan menggambarkan apa yang orang akan hadir di pengadilan untuk membuktikan klaim mereka. Jadi, Yohanes menggunakan mukjizat sebagai tanda atau bukti untuk membuktikan klaimnya bahwa Yesus adalah Anak Allah.
  1. Mukjizat dan Pesan Yesus. Karena Yohanes menggunakan mukjizat sebagai bukti, ia menggunakan pengajaran-pengajaran Yesus untuk menjelaskan mukjizat-mukjizat yang ia masukkan. Misalnya, setelah Yohanes mencatat pemberian makan yang ajaib kepada lima ribu orang, ia mencatat khotbah Yesus tentang roti hidup (Yohanes 6). Dia menunjukkan kepada kita bahwa Yesus memuaskan rasa lapar fisik orang-orang dan kemudian memberi tahu mereka bahwa hanya Dia yang dapat memuaskan rasa lapar mereka yang jauh lebih dalam. Allah menciptakan kita dengan hasrat yang mendalam di mana Yesus sebagai Roti Kehidupanlah yang dapat memuaskan.
  1. Undangan Menakjubkan oleh Yesus. Yohanes mencatat dua pernyataan penting yang Yesus buat tentang mukjizat-mukjizat-Nya. Orang-orang Yahudi menantang klaim-Nya sebagai Allah, dan Dia menjelaskan, “Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku” (Yohanes 10:25-26). Yesus mengatakan mukjizat-mukjizat-Nya mendukung klaim-Nya bahwa Allah adalah Bapa-Nya.

Masih tidak yakin, orang-orang Yahudi bersiap untuk merajam-Nya. Yesus menjawab, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” (Yohanes 10:32). Yesus mengulangi klaim-Nya bahwa Dia dapat melakukan mukjizat-mukjizat karena Dia adalah Anak Allah. Setelah beberapa perdebatan lebih lanjut, Yesus bertanya, “Masihkah kamu berkata . . . Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (ay. 36).

Kemudian, Dia memberikan tantangan yang luar biasa terkait masalah kepercayaan dan mukjizat: “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yohanes 10: 37-38).

Yesus memberi tahu mereka untuk tidak percaya kepada-Nya hanya karena Dia mengaku sebagai Allah kecuali Dia melakukan apa yang hanya Bapa-Nya lakukan. Tetapi, Dia berkata, “jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Jadi, Yesus mengatakan bahwa bukti yang paling tidak terbantahkan yang dapat Dia berikan untuk mendukung klaim keilahian-Nya adalah mukjizat-mukjizat-Nya.

II. Perumpamaan-Perumpamaan Yesus

  1. Definisi “Perumpamaan”

Aspek utama kedua dari pelayanan Yesus adalah perumpamaan-perumpamaan-Nya. Sebuah perumpamaan adalah sebuah kisah imajinatif yang diceritakan dalam suatu keadaan yang bisa terjadi. Itulah perbedaan antara sebuah perumpamaan dan fabel. Jika Anda membaca Fabel Aesop, Anda mungkin tidak takut Anda akan bertemu dengan Kiklops di sebuah jalan yang sepi. Kita semua menyadari tidak ada Kiklops karena mereka hanya muncul dalam dongeng, yang merupakan cerita khayalan yang tidak mungkin terjadi. Sebuah perumpamaan adalah sebuah kisah imajinatif yang bisa saja terjadi.

  1. Kekuatan Perumpamaan

Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk sebuah alasan yang penting. Tidak ada orang Samaria yang baik yang bernama Fred. Tidak ada anak bungsu yang sebenarnya bernama Billy. Yesus menceritakan kisah orang Samaria yang baik sebagai sebuah perumpamaan karena Ia ingin kita semua melihat diri kita sebagai seorang Samaria yang baik. Dia menceritakan kisah anak yang hilang itu sebagai perumpamaan karena Dia ingin semua anak yang hilang menyadari bahwa Allah tidak pernah berhenti untuk memulihkan kita. Jika Dia menceritakan sebuah kisah yang nyata tentang Billy, anak yang hilang, para pendengarnya akan dapat berkata, “Baiklah, ya, saya ingat anak itu. Anak muda yang buruk. Syukurlah, saya tidak menyukainya.” Tidak, Yesus membangun kisah-kisah ini sedemikian rupa sehingga kita ada di dalamnya. Karena tidak ada seorang Samaria yang baik atau seorang anak yang hilang, mereka menjadi cerita mengenai Anda sebagai seorang Samaria yang baik dan Anda anak yang hilang dan diampuni.

  1. Kapan Yesus Menceritakan Perumpamaan-Perumpamaan-Nya?

Yesus mulai mengajar dalam perumpamaan selama tahun kedua pelayanan-Nya ketika para pemimpin agama dengan tegas menolak Dia sebagai raja mereka. Setelah peristiwa itu, dicatat dalam Matius 12, Yesus menceritakan perumpamaan pertama-Nya, kisah tentang penabur dan benih, yang dicatat dalam Matius 13, Markus 4, dan Lukas 8. Ini hanyalah salah satu dari dua perumpamaan yang dicatat ketiga Injil Sinoptik. Setelah Yesus menceritakan perumpamaan itu, “Para murid. . . berkata kepadanya, ‘Mengapa Engkau berbicara kepada mereka dalam perumpamaan?’” (Matius 13:10). Jika Dia telah menggunakan perumpamaan sebelumnya, pertanyaan ini akan menjadi pertanyaan yang aneh untuk para murid tanyakan.

  1. Mengapa Yesus Memperkatakan Perumpamaan

    Dan dia menjawab mereka, “Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti” (Matius 13:11-13).

“Mempunyai,” dan “tidak mempunyai” dalam penjelasan Yesus adalah sebuah referensi kepada pengetahuan tentang ajaran-Nya. Yesus menggunakan perumpamaan untuk mengungkapkan kebenaran kepada mereka yang menginginkannya dan untuk menyembunyikan kebenaran dari mereka yang menolak dan menghinanya. Berdasarkan nasihatnya sendiri dari Khotbah di Bukit, Yesus menolak untuk melemparkan mutiara kebenaran-Nya di hadapan mereka yang menganggap enteng akan hal tersebut sebagaimana babi berpikir tentang mutiara. Mereka yang ingin mendengar kebenaran rohani Allah, mendengarnya. Mereka yang tidak — hanya akan mendengar sebuah cerita yang bagus.

  1. Memahami Perumpamaan

Karena perumpamaan berisi kebenaran mendalam yang ditenun menjadi cerita, kita perlu tahu cara membacanya. Akan tetapi ,, perumpamaan membutuhkan keterampilan tertentu untuk memahami kebenarannya dengan jelas. Tiga petunjuk di bawah ini akan membantu kita memahami perumpamaan Yesus dengan lebih baik.

  1. Pertama, kita perlu memisahkan antara cerita dan pesannya. Kita harus memahami alur perumpamaan sebelum kita dapat memahami prinsipnya. Kita mengidentifikasi orang-orang dalam cerita dan memahami apa yang mereka lakukan. Hanya dengan begitu kita dapat bertanya pada poin apa yang Yesus buat dengan cerita itu. Yesus membangun setiap cerita sehingga karakter-karakter dan apa yang mereka lakukan merepresentasikan sesuatu dalam kehidupan para pendengarnya. Hingga ceritanya jelas, kita tidak dapat memahami bagaimana seharusnya cerita tersebut ditujukan untuk mencerminkan ditujukan kehidupan nyata. Yesus memiliki sebuah alasan untuk menceritakan setiap perumpamaan. Hal itu bukanlah hiburan ataupun cerita sebelum tidur — hal tersebut adalah pengajaran. Sangat tragis untuk membaca kisah perumpamaan secara dangkal, membuat maknanya sendiri, dan kehilangan sepenuhnya apa yang menjadi maksud Yesus.
  1. Kita harus menempatkan perumpamaan ke dalam konteksnya. Yesus menceritakan setiap perumpamaan karena suatu alasan, dan kita menemukan alasan itu dalam konteksnya. Dalam banyak kasus, karakter-karakter dalam perumpamaan mencerminkan karakter-karakter dalam konteks yang ada. Dalam perumpamaan anak yang hilang, misalnya, jika kita tidak mencocokkan karakter dalam perumpamaan dengan karakter dalam konteks yang ada, perumpamaan tersebut akan gagal sebagai perumpamaan. Ceritanya adalah sebuah pemenang. Akan tetapi, tujuannya sebagai perumpamaan gagal tanpa konteksnya.
  1. Kita harus mendefinisikan ruang lingkup dan besarnya poin perumpamaan. Jika kita puas dengan sebuah pemahaman yang dangkal, kita akan kehilangan beberapa ajaran Yesus yang paling dalam. Misalnya, Yesus menantang kita untuk menimbang dengan hati-hati harga untuk menjadi salah satu murid-Nya dalam Lukas 14 dengan menceritakan perumpamaan tentang seorang pria yang membangun menara tanpa menghitung biayanya. Membaca perumpamaan tersebut dan menyimpulkan bahwa Yesus secara sederhana mengatakan, “Lihatlah sebelum Anda melompat,” itu sama artinya dengan melewatkan konfrontasi dengan keputusan untuk mengatakan ya atau tidak terhadap tantangan-Nya untuk menjadi salah satu murid-Nya. Jadi, kita harus memikirkan secara mendalam dan dengan penuh doa tentang apa yang Yesus ajarkan dalam setiap perumpamaan.

III. Percakapan-Percakapan dan Relasi-Relasi Yesus

  1. Para Rasul, Murid, and Sahabat

Mukjizat-mukjizat dan perumpamaan-perumpamaan Yesus adalah hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan Yesus. Akan tetapi, Yesus juga melayani melalui relasi-relasi yang dibuat-Nya.

Dia memilih dua belas pria dari kelompok murid yang lebih besar untuk menjadi rasul-rasul-Nya. Istilah murid memiliki sebuah makna yang luas dan mengacu pada para murid atau pengikut seseorang. Semua orang yang mengikuti Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya kadang-kadang disebut sebagai para murid. Akan tetapi, Lukas mengatakan kepada kita bahwa Yesus memanggil “murid-murid-Nya” bersama-sama dan memilih dua belas dari mereka yang Dia namakan sebagai “para rasul.” Kedua belas murid ini menjadi sebuah lingkaran dalam yang lebih dekat dari para murid pengikut Yesus yang lebih besar; dan Yesus menghabiskan sebagian besar waktu-Nya untuk mereka. Mereka melayani bersama. Mereka makan dan bepergian, tertawa, dan berbincang bersama. Mereka adalah rekan dan sahabat terdekat-Nya. Dia membagikan Perjamuan Paskah terakhir-Nya dengan mereka pada malam sebelum Dia disalibkan. Bahkan di antara dua belas, Ia memiliki tiga orang — Petrus, Yakobus, dan Yohanes — yang kepada mereka Dia memiliki sebuah hubungan yang lebih dekat.

  1. Para Sahabat yang Tidak Biasa

Maria dan Marta memiliki sebuah tempat khusus dalam afeksi Yesus. Dia tidak menyebut mereka murid, meskipun mereka memang demikian. Akan tetapi, mereka lebih dari itu. Mereka dekat, sahabat yang baik. Sangat menarik bahwa dua teman terdekat Yesus adalah wanita. Ini bukanlah sebuah hubungan yang umum untuk seorang guru agama dalam budaya Yesus.

  1. Percakapan-Percakapan

Yesus juga melayani melalui percakapan-percakapan ayang. Yohanes 3 mencatat sebuah kunjungan yang Yesus alami dengan seorang pemimpin agama bernama Nikodemus. Yohanes 4 menceritakan kisah Yesus yang duduk di sebuah sumur di tengah panasnya hari melakukan sebuah percakapan yang panjang dengan seorang wanita yang Samaria dan pendosa: ada tiga alasan mengapa Yesus tidak seharusnya berbicara dengannya. Dia melanggar norma-norma sosial karena Dia melakukan apa yang menjadi alasan Dia datang. Dia dapat berkata, “Lihatlah wanita ini? Dia adalah alasan Aku datang ke bumi. Dia adalah alasan Aku datang ke Samaria.

Aku datang untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang seperti seorang teman baru saya di sini.” Sewaktu Anda mempelajari kehidupan Yesus, jangan melewatkan percakapan-percakapan luar biasa yang ada. Percakapan-percakapan tersebut menambahkan sebuah dimensi pribadi dan relasional pada Yesus yang tidak ingin kita lewatkan.

Kesimpulan

Yesus mengajar dalam perumpamaan-perumpamana sehingga kita dapat melihat diri kita dalam pengajaran-Nya yang mendalam. Dia melakukan mukjizat karena Dia peduli dengan kondisi kita dan dapat melakukan sesuatu terhadapnya. Akan tetapi, guru yang brilian dan pembuat mukjizat yang hebat juga meluangkan waktu untuk melakukan persahabatan; dan Dia cukup aman untuk terlibat dalam percakapan-percakapan yang rentang. Kita bisa dengan jelas melihat alasan-alasan untuk menyembah-Nya. Akan tetapi, penting juga untuk mengasihi-Nya dan berelasi dengan-Nya sebagai seorang sahabat yang peduli.