Pelajaran 1, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

I. Pendahuluan: Apa itu Perjanjian Baru?

Kata-kata Perjanjian Baru tidak memberi tahu kita banyak tentang isi Perjanjian Baru. Sebenarnya nama yang lebih baik mungkin adalah “Kisah Terbesar yang Pernah Diceritakan” atau “Bagaimana Keluar dari Dunia dengan Hidup” atau “Kisah Yesus dan Keselamatan-Nya.” Akan tetapi, kita menyebutnya Perjanjian Baru karena hubungannya dengan Perjanjian Lama. Perjanjian Lama memulai kisahnya; Perjanjian Baru menuntaskannya. Perjanjian Lama tanpa Perjanjian Baru adalah sebuah kisah yang berhenti di tengah, dan Perjanjian Baru tanpa Perjanjian Lama adalah sebuah kisah yang dimulai di tengah. Jadi, kita menyebutnya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru karena keduanya dimaksudkanuntuk dibaca bersama.

A. Kisah Sedih dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama dimulai oleh Kejadian 1 dan 2 dengan kisah tentang bagaimana Allah menciptakan kita untuk suatu hubungan dengan-Nya. Akan tetapi, Kejadian 3 memberi tahu kita bahwa hubungan Allah/manusia retak ketika dosa memasuki dunia. Keseluruhan Perjanjian Lama mencatat kisah demi kisah mengenai bagaimana orang-orang yang diciptakan Allah untuk suatu hubungan dengan Dia memberontak. Perjanjian Lama berisi kisah tragis dari jurang yang telah dibangun oleh dosa, memisahkanantara Allah dan orang-orang yang Dia ciptakan.

B. Kabar Baik dalam Perjanjian Baru

Akan tetapi, sementara dosa masih membayangi kita dan melanjutkan pekerjaannya yang merusak, Allah telah menyediakan solusi bagi masalah dosa kita dalam Yesus Kristus. Perjanjian Baru mengulangi tema ini berulang-ulang: Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan
orang-orang berdosa. Jika Anda pernah bertanya-tanya apa tema utama dari Perjanjian Baru, itulah tema utamanya. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Kata-kata itu diambil dari Injil Lukas dan menyarikan apa yang Allah ingin agara kita ketahui. Dia telah menyediakan sebuah jalan keluar dari perangkap maut dosa. Yesus menjelaskan
tujuan-Nya seperti ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yohanes 3:16-17). Beberapa orang telah sering mendengar berita ini sehingga mereka bahkan hampir tidak berespons terhadapnya lagi. Sementara yang lainnya belum pernah mendengarnya sebelumnya dan kagum karenanya. Penting untuk diam sejenak dan memeriksa respons Anda sendiri terhadap kabar yang menakjubkan tentang karunia Allah bagi umat manusia ini. Bagaimana kabar baik ini memengaruhi Anda?

II. Kitab-Kitab Perjanjian Baru

Anda akan memerhatikan bahwa kita menyebut “kitab-kitab” ketika kita menilik Perjanjian Baru. Itu karena, seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru terdiri dari serangkaian kitab-kitab dalam sebuah kitab yang lebih besar yang disebut Alkitab. Jadi ketika Anda mendengar penyebutan Alkitab sebagai sebuah kitab, dan Anda mendengar penyebutan berbagai bagian dari Alkitab sebagai kitab-kitab, janganlah bingung dengan kedua hal itu. Kami hanya menggunakan istilah kitab untuk keduanya ketika kami merujuk kepada Alkitab. Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari dua puluh tujuh kitab dalam Perjanjian Baru. Jadi, apakah Perjanjian Baru ini? Nah, ini adalah kumpulan dari dua puluh tujuh kitab yang merangkai kisah Yesus datang ke dalam dunia, menyampaikan pesan-Nya ke dalam sebuah gerakan di seluruh dunia, menginstruksikan mereka yang menjadi pengikut-Nya mengenai bagaimana mereka harus hidup sebagai
orang-orang Kristen, dan kemudian membawa klimaks kisah-Nya dengan kedatangan-Nya kembali ke bumi dalam kitab Wahyu. Dalam pelajaran ini, kita akan mengelompokkan dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru ke dalam empat kategori: kitab-kitab Injil, kitab Kisah Para Rasul, Surat-Surat, dan kitab Wahyu.

III. Kitab-Kitab Injil

Ada empat Injil yang memberitahukan kepada kita kisah Yesus. Mereka memberi tahu kita tentang bagaimana Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Itu adalah kisah paling luar biasa yang pernah Anda bayangkan. Tidak ada yang bisa mengarang kisah ini. Kisah ini benar-benar sangat fantastis. Akan tetapi, jangan salah ketika Anda membaca kitab-kitab Injil, Yesus bermaksud agar kita memahami bahwa Ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dia tidak lain adalah Allah-manusia, Anak Allah yang datang untuk menyelamatkan dunia dari dosa.

  1. Allah Telah Berbicara. Sebenarnya, kitab Perjanjian Baru Ibrani, yang ditulis untuk orang-orang Kristen Yahudi, memberi tahu kita dalam ayat-ayat pembukaannya bahwa Allah telah berbicara kepada leluhur kita melalui para nabi “berulang kali dan dalam pelbagai cara.” Bagian itu adalah sebuah rujukan kepada Perjanjian Lama. Penulis berbicara kepada orang-orang Kristen Yahudi yang mempertimbangkan pilihan untuk kembali kepada Yudaisme karena penganiayaan yang dialami oleh orang-orang Kristen. Penulis Ibrani ini harus meyakinkan mereka bahwa mereka tidak boleh meninggalkan komitmen mereka kepada Yesus. Tetapi meskipun dia tidak ingin mereka kembali kepada Yudaisme, dia harus menegaskan pengajarannya karena itu juga datang dari Allah. Jadi dalam pernyataan pembukaannya dia mengesahkan Kitab Suci Ibrani, apa yang kita sebut Perjanjian Lama, dengan memperjelas bahwa Allah telah memperkatakannya kepada para nenek moyang bangsa Israel melalui para nabi.
  2. Allah Berbicara Lagi. Tetapi kemudian penulis berkata bahwa Tuhan telah berbicara lagi di hari-hari terakhir ini di dalam Anak-Nya. Kisah alkitabiah ini belum selesai dengan nabi Maleakhi, kitab Perjanjian Lama yang terakhir. Ada hening empat ratus tahun sebelum Allah berbicara lagi, tetapi Dia berbicara lagi. Dan kali ini Dia berbicara kepada kita melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Catatan alkitabiah tentang bagaimana Allah membuat diri-Nya dikenal dengan berbicara kepada kita di dalam Yesus dicatat dalam empat Injil.
  3. Yesus, Sang Inkarnasi. Kami menyebut Allah mengambil bentuk manusia dalam Yesus Kristus sebagai sang inkarnasi. Allah telah menjadi manusia. Dia adalah inkarnasi Allah. Kita dapat memahami kasih Allah; kita dapat memahami anugerah Allah; kita dapat memahami kuasa Allah karena kita melihatnya bekerja dalam manusia lain, yaitua Yesus Kristus, manusia-Allah. Itulah arti keempat Injil. Mereka berkisah tentang kehidupan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus Kristus, Anak Allah.

Akan tetapi salah satu penulis Injil, Lukas, menulis kitab lain yang disebut Kisah Para Rasul. Di sana dia menjelaskan bahwa ketika Yesus naik ke surga, pekerjaan-Nya terus berlanjut. Lukas memberi tahu kita bahwa Yesus mengirim Roh Kudus-Nya ke bumi dan melanjutkan misi-Nya untuk menyelamatkan dunia dari dosa melalui para pengikut-Nya. Kisah Perjanjian Baru bukan hanya kisah Yesus sedang bekerja sementara Dia secara fisik ada di bumi, tetapi kisah ini juga menceritakan karya Yesus yang sedang berlangsung melalui umat-Nya.

IV. Kitab Kisah Para Rasul: Tujuan dan Pesan Lukas

Lukas mencatat pertumbuhan eksplosif dari gerakan Yesus dalam kitab Kisah Para Rasul. Cerita dimulai dengan sekitar 120 orang percaya di gereja Yerusalem; dan di akhir kitab Kisah Para Rasul sekitar tiga puluh tahun kemudian, gereja ini, karya Yesus melalui umat-Nya ini, telah menyebar ke seluruh dunia Mediterania. Pertumbuhan eksplosif dari gerakan Yesus itu membingungkan bagi banyak orang. Tujuan Lukas dalam menulis Kisah Para Rasul adalah untuk menjelaskan bagaimana kelompok kecil yang tidak terkenal ini yang ditentang oleh orang Yahudi dan Romawi memengaruhi Kekaisaran Romawi! Lukas memberi tahu kita bahwa gerakan itu berhasil karena gerakan itu adalah pekerjaan Allah. Gerakan itu berhasil karena gerakan itu lebih dari pekerjaan para pria dan wanita ambisius yang penuh dengan dedikasi. Gerakan tu adalah pekerjaan Yesus yang berkelanjutan melalui umat-Nya.

Apa yang luar biasa, apa yang menakjubkan adalah bahwa Yesus masih bekerja hari ini. Dia masih bekerja di antara umat-Nya dan Dia masih bekerja melalui umat-Nya. Jika kita tidak memahami pesan Lukas dalam kitab Kisah Para Rasul bahwa Yesus terus bekerja melalui umat-Nya untuk mengubah dunia kita, kita benar-benar salah memahami apa itu semua mengenai Kristus, kekristenan, dan gereja. Jadi, kitab Kisah Para Rasul memainkan peranan penting dalam memberi tahu kita bahwa Yesus yang sama yang datang ke bumi dan memulai pekerjaan-Nya masih bekerja di dalam Anda dan saya hari ini.

V. Surat-Surat: Tujuan Mereka dan Mengapa Mereka Penting

Paulus mengatakan dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang!” Itulah inti dari pekerjaan Yesus — mengubah dunia satu orang pada satu waktu. Akan tetapi, apakah artinya hal tersebut? Apa artinya bagi Anda dan saya jika kita telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita? Apa artinya bahwa kita adalah ciptaan baru, bahwa
hal-hal lama telah berlalu, bahwa semua hal itu menjadi baru? Nah, bagian selanjutnya dari Perjanjian Baru adalah serangkaian dua puluh satu surat, atau surat-surat, dan tujuan mereka adalah untuk menginstruksikan para pengikut Yesus tentang bagaimana menjalani kehidupan baru yang mereka dapati di dalam Kristus. Surat-surat ini memberitahu kita bahwa kita memiliki cara berpikir baru tentang Allah, diri kita sendiri, dan misi hidup kita. Kita memiliki cara berpikir baru tentang sesama kita, musuh kita, dan budaya kita. Kita memiliki cara berpikir baru tentang gereja dan peran serta tanggung jawab kita di dalamnya. Sebagai para pengikut Yesus, kita tidak berpikir sebagaimana kita akan berpikir jika Kristus tidak ada dalam hidup kita. Dan karena kita berpikir secara berbeda, kita juga hidup secara berbeda. Jadi,
Surat-surat adalah surat-surat nasihat tentang bagaimana seharusnya umat Allah hidup. Kami menyebut kitab-kitab ini sebagai
“epistel-epistel” karena ditulis sebagai surat-surat. Meskipun ada beberapa perbedaan teknis antara sebuah epistel dan surat, kedua kata tersebut dapat digunakan secara bergantian. Jadi, Anda kadang-kadang akan mendengar kitab-kitab Perjanjian Baru ini disebut sebagai surat-surat dan kadang-kadang sebagai epistel-epistel.

VI. Kitab Wahyu: Pesan Penting dan Gemanya

Kitab Wahyu menutup Perjanjian Baru pada sebuah nada yang makin lama makin tinggi. Yesus, berbicara melalui rasul Yohanes, memberikan wahyu ini kepada gereja selama satu masa penganiayaan yang parah. Tujuannya adalah untuk meyakinkan mereka bahwa tidak peduli betapa menyedihkannya hidup ini, tidak peduli betapa banyak hal yang tampaknya bahwa Allah telah kehilangan kendali atas hidup Anda atau bahkan dunia kita yang jahat, mereka seharusnya tidak putus asa. Kitab Wahyu menyatakan dengan lantang dan jelas bahwa Allah selalu memegang kendali dan pada akhirnya Dia menang atas Setan dan niat jahatnya. Kitab Wahyu meyakinkan kita bahwa Kristus akan datang kembali ke bumi; bahwa Dia akan memulihkan keteraturan itu. Kitab ini memberitahu kita bahwa Kristus, meskipun Ia tidak hidup secara fisik di bumi, tidaklah melupakan dunia-Nya. Dan Dia akan kembali untuk mengubahnya.

Kitab Filipi membuat sebuah pernyataan yang begitu jelas tentang kemenangan Yesus. Paulus menulis bahwa karena Yesus merendahkan diri-Nya dan mati di kayu salib, “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Filipi 2:9-11).

VII. Fokus Perjanjian Baru

Kata-kata pertama Matius, yang membuka Perjanjian Baru adalah, “Inilah silsilah Yesus Kristus.” Perjanjian Baru dimulai dengan Yesus. Dan kata-kata penutup Yohanes dalam kitab Wahyu adalah “Datanglah, Tuhan Yesus.” Kata-kata Matius, “silsilah Yesus,” dan kata-kata Yohanes, “Datanglah, Tuhan Yesus” hampir dapat berfungsi sebagai penahan-penahan buku. Perjanjian Baru dibuka bersama Yesus dan ditutup dengan Yesus. Dan segala sesuatu di tengah adalah cerita, kisah luar biasa tentang bagaimana Yesus datang memberi Anda dan saya sebuah kualitas hidup yang akan benar-benar mustahil jika Dia tidak datang. Pesan utama dari Perjanjian Baru jelas dan sederhana. Yesus datang dan menawarkan pengampunan dosa dan hidup baru. Jangan lewatkan kebenaran esensial ini. Yesus mengampuni dosa kita dan memungkinkan kita untuk menghabiskan kekekalan di hadirat-Nya. Akan tetapi, Dia juga menyediakan apa yang Dia sebut “hidup berkelimpahan” bagi semua yang menginginkannya. Menjadi orang Kristen lebih dari sekadar sebuah tiket ke surga. Ini adalah kualitas hidup yang superior saat kita berada di bumi. Yohanes memberi tahu kita bahwa Yesus membuat sebuah kontras yang amat sangat antara kehidupan yang Dia tawarkan dan pendekatan lainnya. Yesus berkata, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
(Yohanes 10:10).

Tetapi bagi siapa pun dari kita untuk menyadari manfaat dari kehidupan yang berkelimpahan itu, kita harus menerima karunia yang cuma-cuma dari Allah. Kita harus membuka karunia itu, dan kita harus hidup dengan setia dengan pengajarannya. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia berkata, “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (lihat Yohanes 3:17). Pertanyaan utama dari Perjanjian Baru adalah: “Apa yang akan kita lakukan dengan karunia luar biasa yang ditawarkan Allah kepada kita melalui Yesus Kristus ini?” Itulah pesannya dan itulah pertanyaan dari Perjanjian Baru. Apa yang akan kita lakukan dengan Yesus Kristus?