Pelajaran 3, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Pengantar

Dalam pelajaran pertama, kita menyatakan bahwa Yesus adalah fokus utama dari Perjanjian Baru. Dalam pelajaran dua, kita menyurvei keempat Injil karena memuat catatan paling akurat tentang kehidupan Yesus di bumi. Dalam pelajaran ini, kita berfokus pada Yesus sebagai seorang pribadi. Kita akan melihat bagian-bagian Alkitab yang menyajikan Yesus sebagai Allah dan yang menyajikan-Nya sebagai manusia. Kemudian kita akan secara singkat membahas kehidupan dan pelayanan Yesus ketika Dia ada di bumi.

I. Yesus adalah Allah

Alkitab menyatakan dirinya sangat jelas bahwa ia dimaksudkan agar para pembacanya percaya bahwa Yesus adalah Allah. Dia bukan malaikat atau dewa atau nabi besar. Dia bukan Allah yang lebih rendah daripada Allah Bapa atau Allah Roh Kudus. Seluruh pesan dari Alkitab berdiri atau jatuh pada titik tunggal dari keilahian Yesus ini.

  1. Kerendahan Hati Yesus akan Keilahian-Nya

Dalam Filipi 2, Paulus mengatakan bahwa Yesus tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai sesuatu yang dipertahankan, tetapi Dia mengosongkan diri-Nya sendiri. Jad, kita tidak melihat Yesus mengambil banyak inisiatif untuk membuktikan keilahian-Nya.

  1. Tindakan Yesus Menunjukkan Keilahian-Nya

Akan tetapi, kita menemukan banyak contoh dalam Injil di mana ketika ditanya atau ditantang, Yesus menegaskan bahwa Dia tahu Dia adalah Allah. Misalnya dalam Markus 2, ketika Ia mengampuni dosa orang lumpuh, para pemimpin agama menantang Dia bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Daripada mendebat mereka, Yesus melakukan sesuatu yang lain yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Dia menyembuhkan orang lumpuh itu. Dan Markus dengan jelas menyatakan bahwa Dia melakukannya untuk membuktikan bahwa Dia adalah Allah.

  1. Klaim Yesus Menegaskan Keilahian-Nya

Dia juga mengklaim sebagai satu dengan Bapa dalam berbagai kesempatan. Pada pengadilan-Nya di hadapan Sanhedrin, Dia membuat sebuah klaim yang jelas bahwa Dia adalah Anak Allah.

Imam besar itu berkata kepadanya, “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.(Matius 26:63-65).

Yesus dapat menyangkali keilahian-Nya kepada imam besar atau kepada Pilatus dan hidup-Nya akan terhindar, tetapi Dia tidak pernah melakukan itu. Dia tidak dapat menyangkal bahwa Dia adalah Allah karena hal itu benar adanya. Jadi untuk mengatakan bahwa penulis Injil tidak percaya Yesus adalah Allah atau bahwa Yesus tidak pernah mengklaim bahwa Dia adalah Allah atau bahwa Perjanjian Baru tidak pernah mengklaim Yesus adalah Allah membutuhkan sebuah pembacaan yang amat buruk terhadap Kitab Suci. Yesus adalah Anak Allah.

  1. Injil Menegaskan Keilahian Yesus
  1. Matius dan Lukas. Pikirkan bagaimana Matius dan Lukas membuka Injil mereka. Silsilah dan cerita kelahiran mereka berbicara tentang fakta mengejutkan bahwa Maria hamil ketika dia masih perawan. Hal tersebut adalah sebuah klaim yang luar biasa, tetapi Matius dan Lukas mengatakan hal itu sebagaimana adanya.

Mereka tidak memberikan argumen-argumen pembelaan, hanya fakta-fakta.

  1. Markus dan Yohanes. Markus memulai Injilnya dengan sebuah referensi kepada nubuat Perjanjian Lama. Ia merujuk pada Yesaya 40 dan kedatangan Yohanes Pembaptis, nabi besar yang akan mengumumkan Mesias. Kemudian, dia langsung masuk kepada kisahnya yang mengatakan bahwa Yesus Kristus datang untuk memenuhi nubuatan itu. Yohanes tidak memulai Injilnya dengan kelahiran Yesus juga. Karena tujuannya adalah untuk menyajikan Yesus sebagai Allah, dia membuka dengan keberadaan kekal Yesus. Dia mengklaim bahwa pada mulanya adalah Logos (Firman), Logos bersama Allah, dan Logos adalah Allah. Logos menciptakan segalanya. Logos adalah sumber kehidupan dan sumber terang. Dan kemudian Logos menjadi daging dan berdiam di antara kita. Jadi Anda bahkan tidak bisa melampaui pasal pertama dari keempat Injil tanpa memahami bahwa masing-masing dari mereka menganggap bahwa orang yang mereka tulis ini adalah Allah.
  1. Keempat Injil. Keempat penulis Injil tidak hanya menegaskan keilahian Yesus dalam pendahuluan mereka tetapi juga dalam kesimpulan mereka. Keempat penulis mengakhiri kisah mereka tentang kehidupan Yesus dengan penyaliban-Nya dan kebangkitan-Nya. Setiap pendiri dari setiap agama di dunia telah mati, tetapi hanya kekristenan yang membuat klaim bahwa pendirinya dibangkitkan dari kematian. Injil terbuka dan tertutup pada tema yang menakjubkan ini dan tidak diragukan lagi dalam pikiran para pembaca mereka bahwa lelaki yang luar biasa ini yang mereka tulis tidak lain adalah Anak Allah.

Kitab-kitab Injil dipenuhi dengan referensi tentang keilahian Yesus. Untuk membuat daftar semua referensi tersebut, jauh melampaui ruang lingkup dari pelajaran pengantar ini, tetapi bahkan sebuah pembacaan biasa terhadap Injil membuat kita tanpa ragu bahwa Yesus percaya Dia adalah Anak Allah, dan bahwa penulis Injil percaya dan menyatakan kebenaran dari klaim-Nya.

C. S. Lewis dalam bukunya, Kekristenan Asali, membuat pengamatan yang luar biasa bahwa karena Yesus percaya bahwa Dia adalah Allah, itu artinya Dia harus menjadi seorang yang gila, seorang pembohong, atau Anak Allah.

E. Seluruh Perjanjian Baru Menegaskan Keilahian Yesus

Pesan Perjanjian Baru didasarkan pada fakta bahwa Yesus adalah Allah; dan dalam pelajaran ini tidak mungkin membahas ratusan referensi yang dibuat untuk keilahian Yesus. Kami akan membatasi referensi kami kepada tiga bagian dan mendorong Anda untuk membacanya secara menyeluruh.

  1. Filipi 2:6 mengajarkan bahwa Yesus ada di dalam “bentuk” Allah. Baik dalam bahasa Yunani dalam Alkitab maupun klasik, kata yang diterjemahkan untuk kata “bentuk” merujuk pada karakteristik-karakteristik yang membuat sesuatu sebagaimana adanya dia. Kata bahasa Inggris metamorfosis berasal darinya, dan hal tersebut memberi tahu kita bahwa Yesus memiliki apa pun yang Dia butuhkan untuk sepenuhnya memenuhi syarat sebagai Allah.
  1. 2. Kolose 1:15–20 mengklaim bahwa Yesus adalah “gambar Allah yang tidak kelihatan.” Dan bahwa “di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu.” Bahwa “Dia ada terlebih dahulu sebelum segala sesuatu, dan segala sesuatu ada dalam Dia.” Dan bahwa A”seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”
  1. Ibrani 1:1-4 mengklaim bahwa Allah berbicara dalam Anak-Nya, “yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Hal tersebut memberitahukan kita “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Dan Ibrani meyakinkan kita bahwa Yesus, manusia-Allah, menyelesaikan misi-Nya di dunia sebagai Juruselamat kita dan sekarang melakukan misi-Nya di surga sebagai Imam Besar kita.
    “Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.” Contoh yang sangat kecil ini seharusnya meyakinkan kita bahwa Perjanjian Baru, dari Matius hingga Wahyu, didasarkan pada klaim bahwa Yesus Kristus adalah Allah.

II. Yesus adalah Manusia

Sama pentingnya dengan keilahian Yesus bagi pelayanan-Nya di bumi, tidak yang lebih penting daripada kemanusiaan-Nya. Agar Dia mati di tempat kita, Dia harus mati sebagai salah satu dari kita. Agar kita merasa nyaman dalam peran-Nya sebagai Imam Besar kita yang memahami kelemahan-kelemahan kita, Dia harus secara sah menderita dengan kelemahan-kelemahan itu sebagai sesama manusia. Jadi, penting bagi kita untuk percaya dengan yakin dalam kemanusiaan Yesus seperti yang kita lakukan dalam keilahian-Nya.

  1. Tindakan Yesus Menunjukkan Kemanusiaan-Nya

Sekarang untuk mengatakan bahwa Yesus adalah manusia bukanlah suatu kejutan bagi siapa pun. Orang-orang melihat Dia berjalan dan berbicara serta makan dan minum. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes bersaksi tentang Yesus dan menyatakan apa yang telah dilihat, didengar, dan disentuh dengan tangannya. Tidak hanya Yesus menjalani kehidupan manusia sepenuhnya, Dia juga mati sebagai manusia. Yesus mengalami kelaparan, kelelahan, frustrasi, kemarahan, kesedihan, dan segudang emosi manusia. Ibrani mengajarkan kepada kita bahwa “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.” (Ibrani 5:7).

  1. Kitab Suci Mempresentasikan Yesus sebagai Manusia

Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai Firman Allah dalam Yohanes 1:1-13 dan dengan jelas menetapkan keilahian-Nya. Kemudian dalam ayat 14 ia menyatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.” Paulus menyatakan bahwa Ia “telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia” (1 Timotius 3:16) dan bahwa, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan” (Galatia 4:4). Bahkan setelah kebangkitan-Nya, Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk “lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Lukas 24:39).

III. Yesus Sepenuhnya Tuhan dan Sepenuhnya Manusia

Paulus menulis kepada jemaat di Kolose untuk mengoreksi kebingungan mereka tentang Yesus. Dalam Kolose 2:9, Paulus memberi kita mungkin pernyataan ringkasan yang paling jelas tentang Yesus Kristus dalam semua Perjanjian Baru. Ia menulis bahwa “sebab di dalam Dialah [di dalam Yesus] berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.”

Hal ini berarti bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan makhluk adalah Tuhan, Yesus. “Semua kepenuhan ke-Allahan tinggal daalm [Dia].” Dan kemudian ayat yang sama memberitahu kita dalam bentuk apa Dia ada. Dia bukan gas, Dia bukan kabut, dan Dia bukan malaikat. “Semua kepenuhan ke-Allahan tinggal di dalam tubuh-Nya.” Kita melangkah ke dalam beberapa wilayah teologis berkabut yang berada di luar lingkup dari pelajaran Perjanjian Baru ini. Akan tetapi, jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang natur dan pelayanan Yesus, pertimbangkan pelajaran CUGN ST302: “Kristologi” untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang lebih mendalam tentang Juruselamat kita. Sungguh menakjubkan ketika Anda memikirkannya. Yesus sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dia adalah Allah yang tak terbatas dan manusia yang utuh bersatu dalam satu selamanya. Itulah siapa Yesus sesunguhnya.

IV. Kehidupan Yesus di Bumi

  1. Cakupan Luas Hidup-Nya

Seperti apakah kehidupan Yesus? Ya, kelahirannya mendapat banyak perhatian. Para nabi menulis tentang hal itu dan kisah tentangnya melibatkan para malaikat, orang majus, gembala, seorang raja dan perawan yang melahirkan seorang bayi. Luar biasa. Namun semua yang kita ketahui tentang masa kecil Yesus adalah bahwa ketika Ia berusia dua belas tahun Ia mengajar para pemimpin agama di bait suci dan bahwa Dia makin bertambah
besar-Nya di hadapan Allah dan manusia. Pelayanannya dimulai ketika dia berusia 30 tahun (dan berlangsung selama lebih dari tiga tahun), dan di sanalah sebagian besar catatan Injil berfokus. Dia mati dengan penyaliban setelah sebuah sidang yang tercela. Akan tetapi tiga hari kemudian, Dia bangkit dari kubur, dan setelah empat puluh hari menyatakan diri-Nya hidup-hidup, Dia naik ke surga.

  1. Kronologi dan Geografi dari Pelayanan Yesus

Ketika Anda membaca kitab-kitab Injil, ada baiknya jika Anda memahami “di mana dan kapan” kegiatan-kegiatan-Nya. Pelayanan-Nya dimulai di Galilea di mana Dia tinggal selama beberapa bulan. Mukjizat pertamanya mengubah air menjadi anggur terjadi pada pernikahan di Kana di Galilea.

Kemudian Dia pergi ke selatan, sekitar tujuh puluh mil ke Yerusalem, yang ada di Yudea, untuk merayakan Paskah di bait suci. Dia tinggal di sana selama beberapa bulan dan kemudian kembali ke rumah ke Galilea. Dalam perjalanan, Dia berhenti di sebuah sumur di Samaria, sebuah wilayah yang terletak di antara Yudea dan Galilea, dan melakukan sebuah percakapan yang terkenal dengan wanita Samaria.

Yesus tinggal di Galilea selama sekitar delapan belas bulan. Selama waktu itu, Dia mengkhotbahkan Khotbah di Bukit dan menunjuk kedua belas rasul. Periode itu berakhir ketika para pemimpin agama Yahudi dengan tegas menolak Dia sebagai raja mereka. Mereka tidak dapat menyangkal mukjizat-mukjizat Yesus karena terlalu banyak saksi mata telah melihatnya atau telah disembuhkan. Jadi sebagai gantinya, mereka mengklaim bahwa ayah Yesus adalah iblis dan bahwa dialah yang memberi-Nya kekuatan untuk mengerjakan mukjizat. Mereka bertindak keterlaluan dengan tuduhan penghujatan ini, dan Yesus mundur ke wilayah non-Yahudi.

Yesus melayani di wilayah-wilayah non-Yahudi di Dekapolis dan Fenisia selama sekitar enam bulan, di mana ia melakukan banyak mukjizat lagi.

Kemudian, Dia kembali ke wilayah Yahudi untuk sisa waktu dari pelayanan-Nya. Ketika Anda melihat nama-nama geografis ini dalam Injil, ada baiknya untuk Anda mencarinya di peta sehingga Anda dapat melihat di mana Yesus berada ketika berbagai peristiwa itu terjadi.

  1. Fokus pada Minggu Paskah

Berikutnya periode terakhir dari kehidupan Yesus disebut Minggu Paskah. Minggu ini dimulai dengan Minggu Palma ketika Yesus menunggangi keledai ke Yerusalem bersama para murid-Nya dan orang-orang mengklaim Dia sebagai Raja mereka. Tetapi pada hari Jumat di minggu itu, mereka menyalibkan Dia. Tiga hari kemudian pada hari Minggu pagi, Dia dibangkitkan dari kematian. Kami menyebutnya periode delapan hari dari Minggu Palma hingga Minggu Kebangkitan, sebagai Minggu Paskah.

Begitu informatif bahwa Matius mengkhususkan 25 persen dari Injilnya pada minggu tersebut. Di Markus, 30 persen dari kitabnya dikhususkan untuk Minggu Paskah. 20 persen dari Lukas berfokus pada Minggu Paskah; dan Yohanes mengkhususkan 42 persen dari Injilnya untuk Minggu Paskah. Yesus ada di bumi selama sekitar tiga puluh tiga tahun, tetapi jumlah ruang yang diberikan untuk satu minggu kehidupan-Nya menegaskan pernyataan penulis Injil bahwa Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang yang terhilang. Semua hal luar biasa yang Yesus katakan dan lakukan sangat penting. Akan tetapi, keempat penulis Injil menekankan periode waktu ketika Yesus menyatakan dan meninggikan diri-Nya akan siapa Dia sebenarnya. Ia tidak lain adalah Anak Allah yang telah mati untuk Anda dan saya.

Kesimpulan

Periode terakhir kehidupan Yesus di bumi terjadi setelah kebangkitan-Nya. Lukas memberi tahu kita dalam Kisah Para Rasul 1:3 bahwa “kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Sebuah kebenaran mendasar tentang Yesus adalah bahwa Dia masih hidup dan aktif dalam kehidupan umat-Nya. Satu pujia rohani favorit menyatakan,

“Saya melayani Juruselamat yang telah bangkit, Dia ada di dunia saat ini; Saya tahu bahwa Dia hidup, apa pun yang dikatakan manusia.” Paulus menyatakan bahwa, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”
(1 Korintus 15:17-19).

Tetapi Paulus meyakinkan kita bahwa Yesus hidup dan pengharapan kita di dalam Kristus tidak terbatas pada kehidupan ini. Ini adalah sebuah pengharapan yang kekal. Jadi para pengikut-Nya bukanlah “orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Kita semua adalah orang-orang yang paling dicemburui, karena pengharapan kita didasarkan pada Juruselamat hidup yang telah membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah sendiri.