Pelajaran 2, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Pengantar. Dalam pelajaran ini kita menyelidiki keempat Injil: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Kita akan melihat mengapa kita memiliki empat Injil dan mengapa mereka berbeda. Kami juga akan melihat secara singkat masing-masing penulis, tujuan, dan para pembacanya.

I. Matius dan Yohanes: Kami Menulis Apa yang Kami Alami

Kata Injil berarti “kabar baik” dan merupakan sebuah nama yang tepat untuk dokumen yang memproklamirkan pesan Yesus Kristus dan keselamatan-Nya. Dua dari kitab-kitab Injil, Matius dan Yohanes, ditulis oleh saksi mata. Mereka bersama Yesus secara pribadi. Sebenarnya Yohanes memulai suratnya yang pertama dengan menulis, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup . . . telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan.”Sungguh merupakan sebuah hak istimewa yang luar biasa. Jadi ketika kita membaca Injil Yohanes, kita sedang membaca catatan seseorang yang ada di sana. Ini sama dengan Matius. Dia juga bisa mengklaim bahwa dia tidak mendengar pengajaran Yesus dari orang lain. Hal itu adalah ingatannya sendiri tentang pengalaman pribadi bersama Yesus.

II. Markus dan Lukas: Kami Menulis Apa yang Kami Temukan

Injil Markus mungkin ditulis oleh salah satu murid Petrus dan dengan demikian memberi kita kisah Petrus tentang kehidupan Yesus. Dan Lukas memberi tahu kita bahwa dia menulis sebagai sejarawan. Dia memperkenalkan injilnya dengan memberi tahu kami bahwa seperti para saksi mata yang menulis kisah mereka, “seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu.” (Lukas 1:2-3). Lukas adalah seorang peneliti. Dia bukan seorang Yahudi, jadi dia tidak memiliki bias etnis. Dia bukan salah satu murid Yesus, jadi versi ceritanya menunjukkan kepada kita bagaimana orang luar melihat Yesus.

III. Injil Sinoptik

Tiga Injil — Matius, Markus, dan Lukas — disebut Injil Sinoptik. Sinoptik berarti “melihat bersama.” Meskipun setiap Injil menyajikan sebuah catatan Yesus yang akurat, kita mendapat manfaat paling banyak ketika kita membacanya bersama-sama dan mengintegrasikan materi mereka karena beberapa di antaranya mencakup detail yang lainnya tidak miliki dan memberikan perspektif yang berbeda-beda tentang pengajaran dan tindakan Yesus. Gambar yang lebih kaya dan lebih dalam muncul ketika Anda membaca ketiganya.

IV. Injil Yohanes

Yohanes bukan salah satu Injil Sinoptik. Injil Yohanes lebih merupakan sebuah risalah teologis sementara Sinoptik lebih bersifat biografis. Yohanes memberi tahu kita tujuannya dalam Yohanes 20:31. “Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
nama-Nya.” Dia menyusun Injilnya di sekitar tujuh mukjizat Yesus dan menggunakannya sebagai bukti untuk mendukung klaimnya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Karena Injilnya mencakup beberapa materi yang diabaikan oleh Injil Sinoptik, Yohanes menambahkan sebuah kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang kehidupan Yesus.

V. Mengapa Injil Berbeda?

Kita membaca keempat Injil untuk mendapatkan gambaran yang paling lengkap tentang kehidupan Yesus. Kita berharap mereka memiliki banyak kesamaan karena semuanya tentang Yesus. Akan tetapi, mengapa mereka berbeda? Empat dokumen ditulis tentang individu yang sama, tetapi kita menemukan peristiwa yang berbeda-beda termasuk dan bahkan deskripsi yang berbeda dari peristiwa yang sama. Misalnya, Khotbah di Bukit dicatat dalam Matius 5-7 dan dalam Lukas 6. Versi Matius lebih panjang. Ini hanyalah salah satu dari banyak perbedaan yang kita temukan ketika kita membandingkan catatan-catatan injil.

Jadi kami bertanya, “Mengapa keempat Injil berbeda?”

  1. Empat Penulis yang Berbeda Memiliki Empat Perspektif yang Berbeda

Pertama-tama, keempat Injil ditulis oleh empat orang yang berbeda dan masing-masing penulis memiliki perspektifnya sendiri. Misalkan Anda menulis tentang kecelakaan mobil. Jika Anda bertanya kepada seorang polisi apa yang terjadi, ia mungkin akan memberi tahu Anda tentang seberapa cepat mobil itu bergerak, tentang lampu lalu lintas yang terlewatkan, dan rincian-rincing lain tentang keadaan-keadaan ketika mengemudi. Jika Anda kemudian bertanya kepada dokter apa yang terjadi, ia mungkin memberi tahu Anda bahwa salah seorang pengemudi patah kakinya dan seorang penumpang di mobil lain patah di bagian rahangnya. Kedua orang ini berbicara tentang peristiwa yang sama, tetapi masing-masing berfokus pada apa yang menarik bagi mereka. Jadi Anda memiliki empat penulis yang berbeda yang menulis tentang peristiwa yang sama, tetapi mereka masih empat orang yang memerhatikan hal-hal yang tidak dilihat atau dilihat oleh orang lain dengan cara yang berbeda.

  1. Para Pembaca yang Berbeda

Alasan kedua mengapa kitab-kitab Injil berbeda adalah bahwa Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes
masing-masing memiliki para pembaca yang berbeda dalam pikiran mereka. Jika seorang mahasiswa baru menulis surat kepada orang tuanya tentang pengalaman kuliahnya, dia akan memberi tahu mereka seberapa keras dia belajar dan berapa banyak yang dia pelajari. Jika dia menulis kepada teman-temannya, dia mungkin akan memberi tahu mereka tentang teman-teman baru yang dia buat dan pesta yang dia hadiri. Jika kita membaca dua suratnya, kita tidak akan menuduh dia tidak tepat atau tidak jujur. Bahkan, karena kita membaca kedua surat itu, kita memiliki sebuah pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman kuliahnya. Bukanlah masalah surat itu kurang atau lebih benar atau akurat meskipun berbeda.

  1. Empat Tujuan Berbeda.

Dan ketiga, setiap penulis memiliki sebuah tujuan yang berbeda. Kita akan menggunakan satu set kredensial ketika melamar pekerjaan dan satu set yang sama sekali berbeda ketika mengajukan permohonan keanggotaan untuk tim boling. Setiap penulis Injil mempresentasikan Yesus dengan cara tertentu yang menarik bagi para pembaca spesifiknya. Jadi ketika kita menempatkan keempat kitab Injil bersama-sama, kita melihat penulis yang berbeda dengan perspektif mereka sendiri, menulis kepada orang yang berbeda dan ditujukan untuk kepentingan para pembaca mereka. Kita membaca keempat Injil untuk mendapatkan sebuah gambaran yang lebih lengkap tentang pria yang bernama Yesus ini. Jika kita membatasi diri pada satu Injil, kita kehilangan gambaran yang lebih luas dan lebih canggih tentang pribadi-Nya dan misi-Nya.

VI. Para Penulis Injil

  1. Matius adalah seorang publikan — seorang pemungut cukai. Dia akan menjadi salah satu dari orang terakhir yang Anda akan harapkan untuk Yesus masukkan di antara para murid-Nya. Dia adalah seorang Yahudi yang bekerja untuk orang Romawi, tetapi Matius memiliki sebuah perspektif yang unik di antara para murid Yesus. Dia adalah seorang pengusaha. Dia baru-baru ini diadopsi kembali ke dalam garis Yudaisme, dan dia dengan bergairah mengikuti Yesus. Dia memiliki sebuah perspektif tentang Yesus yang jelas Allah pikir kita butuhkan. Dan Matius menulis Injilnya.
  2. Markus adalah seorang misionaris yang melakukan perjalanan bersama Paulus dan Barnabas dan akhirnya diadopsi oleh Petrus sebagai salah satu muridnya. Di akhir hidupnya, Paulus ingin Markus bergabung dengannya di Roma karena ia adalah seorang rekan sekerja yang berharga dalam pelayanan. Dia mungkin seorang pria muda ketika Yesus ada di bumi dan mungkin salah satu pengikut-Nya. Dia dimuridkan oleh Barnabas untuk sementara waktu, tetapi di bawah pengawasan Petrus ketika Markus menulis Injilnya.
  3. Lukas adalah seorang dokter dan mungkin telah memeriksa mukjizat-mukjizat kesembuhan Yesus dari perspektif tersebut. Sebagai seorang ilmuwan fisika, dia fokus pada bukti dan hukum alam. Dan dia adalah orang bukan Yahudi dan tidak memiliki perasaan yang sama terhadap budaya Yahudi sebagai penulis Injil lainnya. Sebagai salah satu teman seperjalanan Paulus, dia telah membentangkan penginjilan di antara orang bukan Yahudi dan telah melihat kuasa Allah untuk mengubah kehidupan.
  4. John adalah seorang nelayan, seorang pekerja. Seperti Petrus, ia mencari nafkah di luar di laut dan mengerti dan dekat dengan alam. Sesuatu tentang dia terutama menarik Yesus dan, bersama dengan saudaranya, Yakobus dan Petrus, adalah salah satu murid terdekat Yesus. Dia dikenal sebagai murid terkasih (Yohanes 13:23) dan juga memiliki sebuah afeksi yang spesial terhadap Gurunya. Dia telah menjadi salah satu murid Yohanes Pembaptis sebelum bertemu Yesus sehingga dia memiliki sebuah komitmen religius yang mendalam.
  5. Kesimpulan. Keempat individu ini masing-masing memahami Yesus dengan cara mereka masing-masing, sama seperti yang kita lakukan hari ini. Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Tetapi bukankah benar juga bahwa kebanyakan dari kita memiliki kecenderungan untuk menciptakan Allah menurut gambar dan rupa kita? Allah terlihat seperti saya; Allah seperti kamu. Ketika masing-masing orang ini menulis Injil mereka, tidak mungkin mereka bisa atau harus menjaga kepribadian, perspektif, dan minat mereka sendiri dari kisah mereka.

VII. Para Pembaca Penulis Injil

Penting untuk disadari bahwa meskipun kitab-kitab Alkitab ditulis untuk kita, mereka tidak ditulis untuk kita. Pesan-pesan Allah tidak lekang oleh waktu, dan kita secara sah menerapkan ajaran mereka hari ini. Akan tetapi, masing-masing penulis — baik dalam Perjanjian Lama dan Baru — pada mulanya menulis kepada para pembca pada zamannya sendiri. Jadi, kitab-kitab Injil juga berbeda karena siapakah mereka ditulis.

  1. Para Pembaca Matius. Matius terutama ditujukan kepada orang Yahudi. Dalam Injilnya ia sering menyebut Yesus sebagai “Anak Daud” dan “Anak Abraham” untuk menekankan garis keturunan mesianis-Nya. Berulang kali Matius menunjukkan kepada para pembaca Yahudinya bagaimana Yesus menggenapi rujukan-rujukan para nabi kepada Mesias yang akan datang. Orang-orang non-Yahudi tidak akan beresonansi dengan tema-tema itu, tetapi orang-orang Yahudi harus melihat hal-hal ini sebagai bukti bahwa Yesus adalah Raja seperti yang Dia akui. Jadi, Matius menekankan warisan keyahudian Yesus.
  2. Para Pembaca Markus. Markus menulis terutama untuk orang-orang Roma. Dia dan Petrus berada di Roma, dan warga Roma adalah fokus utama mereka. Markus menafsirkan kata-kata Aram untuk pembacanya karena, tidak seperti para pembaca Yahudi Matius, orang Roma tidak akan tahu apa artinya hal tersebut. Hanya ada sedikit referensi dalam Markus untuk hukum Yahudi. Orang-orang Roma akan mengatakan tidak ada hukum Yahudi; hanya ada hukum Romawi. Jadi Anda menemukan tanda-tanda dalam Injil Markus tidak sekental Injil Yahudi; lebih fokus ditujukan kepada orang-orang Roma.
  3. Para Pembaca Lukas. Lukas menyampaikan Injilnya kepada seorang pria bernama Teofilus, tetapi jelas dibagikan kepada para pembaca lain dan tampaknya ditulis untuk seorang pembaca Yunani. Lukas menjelaskan adat istiadat, tempat-tempat, dan istilah-istilah Yahudi. Dia menekankan peran Yesus sebagai seorang guru yang dihormati. Orang-orang Yunani menempatkan para filsuf Yunani klasik dengan di posisi yang mulia dan menghormati para guru hebat. Lebih daripada dalam Injil lainnya, kita melihat Yesus sebagai seorang guru yang luar biasa. Kemampuannya menggunakan perumpamaan untuk mengklarifikasi kebenaran dan meyakinkan para penantang-Nya menunjukkan kecerdasan Yesus sebagai seorang pemikir dan guru yang brilian.
  4. Para Pembaca Yohanes. Injil Yohanes ditujukan kepada para pembaca yang lebih universal. Dia menulis belakangan (mungkin di tahun 90-an), dan pada saat itu gereja telah tersebar cukup banyak dalam Kekaisaran Romawi dan di sekitar dunia Mediterania. Gereja saat itu lebih non-Yahudi daripada Yahudi seperti di
    masa-masa sebelumnya. Jadi karena Yohanes menulis kepada pembaca yang universal, Injilnya tidak memiliki tanda-tanda etnisitas seperti yang kita lihat dalam Injil Sinoptik.

VIII. Tujuan-Tujuan Para Penulis Injil

Alasan ketiga mengapa Injil berbeda adalah bahwa setiap penulis menekankan aspek yang berbeda dari pribadi dan pelayanan Yesus.

  1. Presentasi Matius tentang Yesus. Karena dia menulis kepada orang Yahudi, Matius berfokus pada peran Yesus sebagai Mesias Israel, Raja Israel agung yang dijanjikan kepada Daud dan dinubuatkan oleh para nabi Israel. Silsilah Matius memperkenalkannya sebagai, “Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.” Abraham hidup sebelum Daud, tetapi Matius menamai Daud lebih dulu agar berfokus pada Yesus sebagai anak Daud, raja agung Israel. Melalui silsilah Daud nampak bahwa Mesias Israel akan lahir. Selain itu, Matius mengatakan kepada kita dalam 2:2 bahwa para majus datang mencari “Dia yang telah dilahirkan sebagai Raja orang Yahudi.” Itu hanyalah beberapa dari tanda-tanda yang digunakan Matius untuk menekankan peranan Yesus sebagai Mesias Israel.
  2. Gambaran Markus tentang Yesus. Markus menyajikan Yesus sebagai hamba Allah. Dan sebagai hamba Allah, Dia juga melayani umat Allah. Yesus Kristus “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45). Yesus sangat sibuk melayani dalama Markus. Dia menggunakan kata segera empat puluh kali dalam Injil ini. Yesus pergi dengan cepat dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Dia ada di sini untuk melayani; Dia ada di sini untuk memenuhi misi-Nya sebagai hamba Allah dan sebagai pelayan umat Allah. Markus juga menekankan pada Yesus yang melayani sebagai guru besar dengan tiga puluh tujuh referensi untuk peran mengajar-Nya.
  3. Presentasi Lukas tentang Yesus. Sebagai orang bukan Yahudi, Lukas menekankan Yesus sebagai Juruselamat bagi semua orang — orang bukan Yahudi dan juga orang Yahudi. Sementara silsilah Matius hanya kembali kepada Abraham, ayah orang Yahudi, silsilah Lukas kembali ke Adam, ayah dari semua umat manusia.

Lukas sering menghadirkan Yesus dalam hubungan dan percakapan dengan orang bukan Yahudi. Jadi Injil Lukas menyajikan Yesus sebagai Juruselamat universal untuk semua umat manusia.

  1. Fokus Yohanes pada Yesus. Yohanes menyajikan Yesus sebagai Kristus, Anak Allah. Dalam Yohanes 20:31, Yohanes menyatakan maksudnya untuk menulis, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias.” Injil Yohanes dibangun di sekitar tujuh mukjizat Yesus, tetapi ia menghadirkan mereka sebagai “tanda-tanda,” sebuah kata yang digunakan di pengadilan hukum untuk menunjukkan bukti yang digunakan untuk membela klien. Yohanes menyajikan Yesus sebagai Allah dan membangun sebuah perkara untuk membuktikan penegasannya.

Kesimpulan

Empat Injil. Mereka sangat mirip tetapi dalam beberapa cara signifikan sangat berbeda. Yohanes mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menangkap kehidupan Yesus dalam sebuah kitab: “Tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (lihat 21:25). Ketika Anda membaca Injil, jangan lupakan fakta bahwa masing-masing dari keempat pria ini memiliki sebuah hubungan dengan Yesus. Dia adalah Juruselamat mereka. Dia adalah Mesias mereka. Dia adalah Raja mereka. Untuk Matius dan Yohanes, Dia juga adalah guru dan teman mereka. Masing-masing tahu tanpa ragu bahwa Dia datang untuk melayani mereka dengan mati bagi mereka. Dia adalah Allah, dan Dia menambahkan kemanusiaan kepada pribadi-Nya, karena hanya sebagai manusia-Allah, Dia dapat menyelesaikan misi-Nya. Hanya sebagai Anak Allah, Ia dapat menyelamatkan kita dari dosa kita. Jika Anda belum menerima Dia sebagai Juruselamat Anda, jangan membaca Injil-Injil ini tanpa menolak fakta bahwa Allah sendiri datang ke bumi, dan Dia mati dan bangkit kembali sehingga Anda dan saya dapat memiliki hubungan pribadi dengan-Nya. Jangan lewatkan hal tersebut.