Pelajaran 4, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Alkitab dibuka dengan fakta sederhana bahwa “pada mulanya Allah menciptakan” (Kejadian 1:1). Alkitab tidak membela atau memperdebatkan gagasan bahwa Allah menciptakan alam semesta. Ia hanya menyajikannya sebagai fakta dan bergerak untuk menceritakan kisah hubungan Allah dengan orang-orang yang Dia ciptakan. Dalam pelajaran 4, kita akan berfokus pada bagaimana Allah memulai sesuatu. Kita akan mensurvei kisah Alkitab mulai dari Adam dan Hawa hingga persiapan Israel untuk memasuki Tanah Perjanjian.

Ada banyak detail dalam Perjanjian Lama; dan tanpa sebuah cara untuk mengatur detail-detail ini, cerita-cerita dan karakter-karakter yang ada akan menjadi membingungkan. Pikirkanlah pelajaran Dasar-Dasar dari Perjanjian Lama ini sebagai sebuah pembangunan lemari arsip mental pada Perjanjian Lama. Masing-masing dari empat era seperti laci berkasi. Ketika Anda mendengar nama atau cerita dari Perjanjian Lama, Anda akan tahu era apa yang cocok untuknya dan bagaimana kontribusinya bagi sejarah Israel. Pada titik ini, hal tersebut mungkin akan membantu Anda untuk meninjau diagram kitab-kitab Perjanjian Lama yang ditemukan dalam “Panduan Studi” untuk pelajaran 2 yang ditemukan di bawah “Sumber-Sumber Rujukan Pelajaran” di halaman muka kursus ini. Pelajaran ini berfokus pada era “Awal” dan termasuk Kejadian, Keluaran, and Bilangan — tiga kitab pertama. Kisah ini bergerak dari Adam dan Hawa ke pengembaraan pada belantara Israel yang tercatat dalam kitab Bilangan.

Kejadian

Kisah Perjanjian Lama dimulai dalam Kejadian, dan kita membagi lima puluh pasal kitab menjadi dua bagian. Kejadian 1-11 menceritakan tentang permulaan langit dan bumi, dan Kejadian 12-50 menceritakan tentang permulaan Israel. Penting untuk diingat bahwa Musa kemungkinan besar menulis Kejadian kepada Israel sekitar waktu peristiwa keluaran untuk membantu orang-orang memahami siapa Allah itu dan bagaimana mereka harus berhubungan dengan-Nya. Hanya ketika kita memahami tujuan Kejadian, kita dapat memahami isinya. Di satu sisi kita dapat mengatakan bahwa “permulaan” yang paling penting bagi pendengar dan pembaca Musa adalah awal dari kisah mereka sendiri yang dicatat dalam Kejadian 12-50. Kisah Israel dimulai dengan Abraham dalam Kejadian 12 dan sisa Perjanjian Lama adalah tentang mereka.

Akan tetapi, sejarah Israel yang dicatat dalam Kejadian 12-50 bertujuan untuk membuat dampak yang dimaksudkan pada generasi Musa, Kejadian menjelaskan mengapa Allah memilih bapa mereka, Abraham, dan keturunannya untuk menjadi umat-Nya yang istimewa dan mengapa penting bagi mereka untuk hidup sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Allah bagi mereka.

Pertama, Kejadian 1-11 menegakkan Yahweh, Allah Israel, sebagai penguasa tertinggi segala sesuatu di surga dan di bumi. Dunia dan orang-orang di dalamnya adalah milik-Nya karena Dia menciptakan mereka semua. Mereka tidak perlu takut kepada orang Mesir atau orang Kanaan karena Allah menciptakan dan memerintah atas mereka juga.

Kedua, sebelas pasal ini menggambarkan semua manusia sebagai objek ciptaan Allah yang istimewa.

Ketiga, Kejadian 3 memberi tahu kita bahwa keintiman antara Allah dan ciptaan-Nya terbelah oleh ketidaktaatan orang-orang pertama yang Dia ciptakan dan akibat yang menghancurkan dari kejatuhan mereka ke dalam dosa. Kemudian Kejadian 4-11 menggambarkan tingkat pemberontakan manusia. Kain, salah satu putra Adam dan Hawa, membunuh saudaranya, Habel, dan kemudian, alih-alih bertobat, ia “pergi dari hadapan TUHAN” (4:16). Lebih dari sekadar sebuah cerita Alkitab, pemberontakan Kain memberi tahu kita bahwa hasil dosa Adam dan Hawa meluas ke putra-putra mereka dan ke seluruh umat manusia.

Kemerosotan umat manusia mengerucut kepada ketidaktaatan terus berlanjut sampai, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:5). Perhatikan bahwa dalam rangkuman ayat ini, Musa mengulangi bagaimana dosa telah meresap ke dalam umat manusia. Sebagai tanggapan, “Maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka’” (Kejadian 6:6-7). Allah memutuskan untuk membuat permulaan yang baru lagi dengan Nuh dan keluarganya dengan mengirimkan air bah. Dalam pasal 9, Dia membuat sebuah ikatan perjanjian dengan Nuh seperti yang Dia lakukan dengan Adam dalam Kejadian 2.

Akan tetapi kemudian kita mengetahui bahwa salah seorang putra Nuh melanggar ikatan perjanjian itu; dan kisah tentang pemberontakan manusia terhadap Allah dan kemerosotannya yang berlanjut kepada dosa memuncak dengan kisah menara Babel (pasal 11). Yang ada di pikiran manusia semata-mata masihlah “kejahatan terus-menerus.”

Sebagai tanggapan, Allah memilih pasangan lain untuk melanjutkan kehendak-Nya di bumi. Dalam Kejadian 11:10-12:3 Abraham diperkenalkan. Dan kita melihat ikatan perjanjian Allah yang dibuat dengan dia yang menegakkan kelahiran Israel dan menggambarkan apa yang Allah maksudkan bagi umat-Nya yang baru terbentuk. Allah memulai sebuah permulaan ketiga. Ikatan perjanjian yang Dia buat dengan Abraham diulangi dan diperluas kepada Ishak dan kembali pada Yakub dalam pasal-pasal Kejadian yang berikutnya dan memberikan dasar bagi Perjanjian Lama yang tersisa.

Untuk dapat membaca Kejadian dengan baik, kita harus memahami perannya sebagai penjelasan Musa kepada Israel tentang permulaan dan tempat mulia mereka di antara bangsa-bangsa. Kejadian 1-11 memperkenalkan kita kepada umat manusia. Tujuan dari kisah penciptaan dalam pasal 1-2 bukanlah untuk menjelaskan bagaimana atau kapan Allah menciptakan, tetapi untuk menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta dan bahwa pria dan wanita adalah fokus khusus dari proses penciptaan-Nya. Pasal 3-11 memperkenalkan masalah dosa dan kekuatan korosifnya yang tiada henti. Jadi ketika kita sampai pada kisah tentang Abraham dan leluhurnya di 11:10, kita dengan jelas memahami mengapa Allah memilih untuk memberkati keturunan Abraham sebagai terang bagi bangsa-bangsa lain, dan kita diarahkan ke dalam pasal 12-50 dan kisah permulaan Israel.

Dalam Kejadian 12-50, Musa mengingatkan Israel siapa sebenarnya Allah mereka dan siapa mereka sebagai umat-Nya. Mereka percaya bahwa mereka adalah para budak yang tidak berdaya, tetapi Musa mengingatkan mereka bahwa Allah melihat mereka sebagai pewaris Abraham dan Sara. Allah telah berjanji kepada mereka berabad-abad yang lalu. Dia secara pribadi akan memberkati mereka dan keturunan mereka selamanya. Dan sekarang keturunan itu menjadi budak-budak di Mesir. Itulah sebabnya dalam Keluaran 2:24, Allah memerintahkan Musa untuk memberi tahu Israel, “Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.” Dan itulah sebabnya Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa enam kali seperti, “Allah Abraham, Ishak, dan Yakub” (3:6, 15, 16; 4:5; 6:3-4, 8).

Ketika Anda membaca tentang Abraham, meletakkan dia dalam konteks historisnya. Tetapi juga menempatkan dia dalam konteks sastra Musa. Musa mengingatkan orang Israel yang diperbudak bahwa sebagai keturunan Abraham mereka adalah umat pilihan Allah. Israel bukan milik penguasa Mesir mereka. Israel milik Alah, dan Dia pasti akan membebaskan mereka dari perbudakan. Tidak ada kekuatan di surga atau di bumi yang diciptakan oleh Allah yang dapat menggagalkan rencana-Nya. Akan tetapi agar rencana itu dipahami oleh orang-orang yang diperbudak ini, mereka harus memahami siapa Abraham, Ishak, dan Yakub; dan karenanya Musa mengkhususkan tiga puluh delapan dari lima puluh pasal dalam Kejadian untuk memberi tahu mereka.

Keluaran

Kisah permulaan dalam Keluaran mengambil kisah dari mana Kejadian meninggalkannya. Ketika Kejadian berakhir, Israel hidup sebagai para pendatang Firaun. Ketika Keluaran terbuka, mereka adalah para budak Firaun. Ada periode 400 tahun antara Kejadian dan Keluaran. Selama waktu itu jumlah Israel bertambah dan orang-orang Mesir memperbudak mereka karena mereka takut akan mengambil alih negara mereka. Orang-orang yang diperbudak Allah berdoa kepada-Nya untuk pembebasan; dan karena ikatan perjanjian-Nya dengan Abraham, Allah memberikan kuasa kepada Musa untuk memimpin mereka keluar dari Mesir.

Kebanyakan orang telah mendengar tentang peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Keluaran. Allah menindas Mesir dengan sepuluh tulah untuk membujuk Firaun agar membebaskan Israel dari perbudakan mereka. Allah membelah Laut Merah sehingga Israel dapat melarikan diri dari pasukan Firaun. Allah memberi makan Israel dengan manna dan menyediakan air dari batu. Akan tetapi poin terpenting dari kisah Keluaran adalah ketika Israel berhenti di Gunung Sinai, dan Allah memberi mereka Sepuluh Perintah dan Hukum Musa. Selama tahun-tahun di Sinai, Israel membangun tabernakel dan tabut perjanjian yang memisahkan mereka dari semua bangsa lain di bumi. Hanya mereka yang bisa mengklaim kehadiran Allah yang terlihat di antara mereka.

Di Sinai, Allah mengubah Israel menjadi sebuah bangsa. Dia adalah Raja mereka, dan hukum Musa adalah konstitusi mereka. Mereka juga memiliki sebuah ikatan perjanjian dengan Allah yang menjanjikan berkat-Nya jika mereka mematuhi hukum-hukum-Nya dan kutukan-Nya jika mereka tidak menaati itu semua. Ikatan perjanjian itu akan mengatur sejarah Israel di sepanjang sisa Perjanjian Lama yang ada.

Bilangan

Setelah setahun di Sinai, Israel siap untuk memulai perjalanan mereka ke Kanaan dan menetap di rumah baru mereka. Mereka pergi ke Kadesh-Barnea, pintu masuk selatan ke Kanaan, dan mengirim dua belas pengintai ke negeri itu untuk memeriksanya. Ketika mata-mata kembali, sepuluh dari mereka meyakinkan bangsa mereka tidak bisa menaklukkan orang Kanaan. Menanggapi laporan sepuluh mata-mata, orang-orang menolak untuk bergerak maju ke tanah yang telah dijanjikan Allah untuk diberikan kepada mereka. Mereka lebih takut kepada para raksasa daripada memercayai Allah (13:1-14:4).

Musa, Harun (imam besar Israel), dan dua dari sepuluh pengintai, Yosua dan Kaleb, mengingatkan Israel bahwa mereka adalah umat Allah. Mereka bersikeras bahwa Allah dapat memberi mereka tanah yang telah dijanjikan-Nya. Akan tetapi, Israel memberontak dan berdoa agar Allah tidak membuat mereka memasuki tanah itu dengan musuh-musuhnya yang ganas. Allah menjawab doa mereka, dan Bilangan yang tersisa menceritakan kisah tragis Israel yang mengembara di padang gurun selama hampir empat puluh tahun sampai generasi yang tidak menaati Allah mati. Selanjutnya, terserah kepada anak-anak mereka untuk mendiami tanah perjanjian ataukah tidak.

Israel bukanlah umat terakhir yang menentang Allah dan menghabiskan hidup mereka tanpa tujuan berkeliaran di padang pasir mereka sendiri. Kita semua harus membuat pilihan itu setiap hari, bukan? Berkali-kali kita harus memutuskan apakah kita lebih pintar daripada Alla atau apakah Allah lebih bijaksana daripada kita. Pesan dari Kejadian, Keluaran, dan Bilangan adalah bahwa mengikuti jalan hidup Allah adalah satu-satunya pilihan yang bijaksana. Sepertinya ini pilihan yang cukup sederhana, bukan?