Pelajaran 4, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Perjanjian Baru menyelesaikan kisah yang dimulai dalam Perjanjian Lama. Perjanjian Baru menceritakan kedatangan Yesus Kristus, Mesias Yahudi yang sudah lama dinanti-nantikan. Walaupun bukan Dia yang menulis satu kata pun dari Perjanjian Baru, Perjanjian Baru tetap saja kitab-Nya. Perjanjian Baru mencatat ajaran-ajaran-Nya dan kisah kehidupan-Nya, kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya. Para pengikut-Nya mengklaim menulis dan berbicara dengan otoritas yang dianugerahkan oleh Allah. Kitab ini telah memberikan dampak yang lebih mendalam serta lebih kontroversial terhadap dunia daripada buku mana pun yang pernah ditulis.

Jutaan Orang Telah Mencintainya. Selama berabad-abad, orang yang dipenjarakan oleh dosa telah menemukan kehidupan dan kebebasan oleh iman kepada Dia, dan Perjanjian Baru telah ditulis untuk memaklumkan Dia. Mereka yang pernah ditahan di balik tembok berjeruji seperti Fyodor Dostoevski di Siberia dan para tahanan kamp-kamp konsentrasi, telah menemukan kebebasan pikiran, hati, dan jiwa oleh perkataan Perjanjian Baru. Orang yang terbelenggu dalam tubuh yang remuk, atau terbelenggu oleh penderitaan jasmani, atau tersiksa oleh musuh yang tidak kelihatan, atau diperbudak dalam kegelapan rohani, atau terikat oleh legalisme yang tidak mengenal ampun, atau dilumpuhkan oleh keraguan diri yang mengerikan, telah menanggapi pesan kebebasannya dengan iman. Mereka telah melangkah ke dalam terang kasih Allah yang memerdekakan, yang tak pernah berubah, sebagaimana yang diekspresikan dalam Perjanjian Baru.

Jutaan Orang Telah Membencinya. Kaisar-kaisar seperti Nero dan Diocletian sempat berusaha menghancurkan Perjanjian Baru. Filsuf-filsuf seperti Voltaire sempat memaklumkannya sebagai kitab kebohongan yang mati. Para ilmuwan sosial sempat mengejek solusi-solusi bagi masalah-masalah manusia yang dikemukakan oleh sang orang Galilea yang rendah hati.

Para penganut filsafat modernisme dan futurisme sempat mencap moral-moralnya sebagai secara tak berpengharapan sudah ketinggalan zaman dan memaklumkannya sebagai kitab untuk masa lalu – sebuah kitab tanpa kuasa untuk berdampak terhadap dunia dalam abad ke-21.

Namun demikian, Perjanjian Baru tetap hidup. Pesan membakar yang sama, yang menaklukkan dunia Romawi zaman dulu, menyalakan api Reformasi, dan menyulut kebangkitan-kebangkitan besar rohani abad ke-19, terus menyala dengan kecemerlangan yang memerdekakan. Mengapakah kumpulan 27 kitab yang ditulis selama paruh terakhir dari abad pertama oleh beberapa pengikut fanatik dari sang Mesias Yahudi demikian berdampak? Karena ini adalah bagian dari Alkitab, satu-satunya kitab di seluruh dunia yang mampu membawa kita kepada Allah. Injil Yesus Kristus berkuasa mematahkan setiap rantai yang membelenggu kita. Ya, Perjanjian Baru membawakan Allah kepada kita dan mampu membawa kita kepada-Nya. Lewat Perjanjian Baru, kita dapat mengenal Dia dengan cara yang pribadi, memerdekakan, serta bertumbuh.

Latar Belakang Perjanjian Baru

Allah sudah 400 tahun bungkam. Yang taat dari antara orang Israel telah sia-sia menantikan Allah berfirman lagi dan sia-sia menantikan kedatangan Mesias yang mereka antisipasikan. Namun tidak ada yang diwahyukan sejak nabi Maleakhi meletakkan penanya, menyelesaikan Perjanjian Lama. Lalu dengan sapuan-sapuan luas yang tiba-tiba, yang berani, Allah menyatakan diri-Nya dengan dua cara: (1) lewat kedatangan Yesus Kristus, Anak-Nya, dan (2) lewat penulisan Perjanjian Baru.

Dunia telah banyak berubah selama 400 tahun keheningan tersebut. Palestina sendiri sudah sangat berbeda dibandingkan dengan hari-hari bergumul ketika orang-orang Yahudi fanatik pulang dari Babel untuk membangun kembali bait suci mereka serta membangun kembali tembok-tembok Yerusalem.

Untuk memahami dampak kedatangan Kristus dan latar belakang Perjanjian Baru, kita perlu berkenalan dengan kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi, dan agama yang hidup di dunia ke dalam mana Tuhan Yesus lahir.

Dunia Romawi Zaman Dulu. Roma zaman dulu merupakan kekuatan dominan dalam dunia abad pertama. Tentara-tentaranya telah menjelajah dengan kekuatan dan presisi melintasi Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, menaklukkan bangsa demi bangsa ke bawah kendalinya. Palestina telah jatuh di tangan Jenderal Pompey pada tahun 63 Sebelum Masehi. Walaupun dibebani pajak yang berat, Israel justru diuntungkan oleh pemerintahan Romawi:

  • Perdamaian. Dunia di zaman Perjanjian Baru masih damai.
  • Pemerintahan. Sang kaisar berkuasa memaksa gubernur-gubernur yang memerintah untuk memerintah dengan baik. Dalam banyak kasus hal ini mencegah mereka dari mengakumulasikan kekayaan besar pribadi atas penderitaan rakyat.
  • Perjalanan. Karena perdamaian Romawi, orang bisa berpergian dengan bebasnya dari negara ke negara.
  • Komunikasi. Arus informasi di zaman itu adalah yang terbaik yang pernah dikenal dunia. Karena faktor-faktor ini, iman Kristiani mendapatkan pijakan yang kokoh dan bertumbuh dengan pesatnya di bawah pemerintahan Romawi.


Pengaruh Yunani. Walaupun Kekaisaran Yunani telah ambruk sebelum zaman Perjanjian Baru, pengaruhnya di dunia di zaman itu masih kuat dalam hal-hal berikut ini:

Bahasa. Penaklukan-penaklukan Aleksander Agung yang secepat kilat (tahun 331 – 322 Sebelum Masehi) menjadikan bahasa Yunani bahasa yang dominan di dunia yang beradab di zaman itu. Ketika bangsa Romawi menaklukkan wilayah, mereka mendorong bahasa Yunani tetap dipakai. Hal ini menguntungkan iman Kristiani karena: (1) kesamaan bahasa memudahkan penyebaran Injil, dan (2) Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan dapat dimengerti oleh semua orang.

Kebudayaan. Pemikiran Yunani mengkonfrontasikan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang manusia, kehidupan, serta yang supernatural. Demikianlah para pujangga, para penulis drama, dan para filsuf telah menyiapkan jalan bagi jawaban-jawaban memuaskan yang dibawakan oleh iman Kristiani kepada dunia yang sedang mencari-cari dan tidak puas.

Latar Belakang Yahudi. Latar belakang Yahudi dari Perjanjian Baru itu penting karena: (1) iman Kristiani lahir dalam lingkungan Yahudi, dan (2) iman Kristiani berakar dalam apa yang telah Allah nyatakan kepada umat-Nya lewat Perjanjian Lama.

Ketika Kristus masih hidup di bumi, Yudea diperintah oleh pejabat-pejabat yang ditunjuk oleh Roma. Namun demikian, orang Yahudi dibiarkan mengelola urusan-urusan internal mereka sendiri. Mereka melakukannya lewat Sanhedrin, sebuah badan pengatur yang beranggotakan 70 orang, yang dipimpin oleh sang imam besar.

Kehidupan agama Israel terpusat pada dua lembaga. Yang pertama adalah bait suci, yang baru dibangun kembali oleh Herodes Agung. Strukturnya luar biasa, dibangun untuk menyenangkan orang Yahudi. Ritual-ritual Perjanjian Lama dilaksanakan secara detil oleh orang-orang Yahudi yang taat dari segala latar belakang kehidupan. Yang kedua, yaitu sinagoga-sinagoga, adalah pusat-pusat ibadah dan pengajaran yang tersebar di seluruh penjuru negri. Ibadah-ibadahnya sederhana, terdiri dari doa, pembacaan Kitab Suci, dan penjelasan. Anak-anak lelaki Yahudi dididik di sinagoga-sinagoga, dan pembelajaran mereka terutama bersifat religius. Ke dalam kombinasi pemerintahan Romawi, pemikiran Yunani, dan tradisi Yahudi inilah Yesus lahir dan iman Kristiani berakar.