Pelajaran 5, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

Lirik dalam kidung ‘The Love of God’ (Agunglah Kasih Allahku) melukiskan dengan kata-kata betapa luar biasa dan agungnya kasih ilahi:

Andaikan laut tintanya dan langit jadi kertasnya, andaikan ranting kalamnya dan insan pun pujangganya, takkan genap mengungkapkan hal kasih mulia dan langit pun takkan lengkap memuat kisahnya.

Lirik yang luar biasa ini menggemakan jawaban Paulus atas kasih Allah. Rasul Paulus berdoa bagi orang percaya supaya mereka

‘bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan’ (Efesus 3:18-19).

Ketika merenungkan ayat mengenai kasih Allah ini, sejumlah ahli Alkitab meyakini ‘lebar’ merujuk kepada jangkauannya yang mendunia (Yohanes 3:16); ‘panjang,’ keberadaannya sepanjang masa (Efesus 3:21)l ‘dalam,’ kedalaman hikmatnya (Roma 11:33); dan ‘tinggi,’ kemenangannya atas dosa yang membuka jalan menuju Sorga (Efesus 4:8).

Kita diperingatkan untuk menghargai kasih yang luar biasa ini. Ketika semakin menyadari kasih Allah, kita akan memahami bahwa ukuran sesungguhnya melampaui pemahaman kita. Bahkan jika tinta sebanyak isi lautan, menggunakannya untuk menulis mengenai kasih Allah akan mengeringkannya.

Roma 5:5 memberitahukan, ‘kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.’

Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ‘telah dicurahkan’ menggunakan perfect tense, yang berarti itu bermula di satu titik dan berlangsung hingga masa depan. Secara harafiah, itu bermakna ‘kasih Allah masih membanjiri hati kita.’

Mata air kasih Allah tidak pernah dimaksudkan untuk dinikmati demi keuntungan kita sendiri saja. Itu harus tertumpah melalui membagikan Kabar Baik perihal kasih penebusan Kristus kepada orang lain. Itu bermakna menjadi saksi yang bersuka cita atas apa yang telah terjadi dalam diri kita.

l. Membonceng Kuasa Allah

Saksi adalah seorang yang bisa memberikan keterangan mengenai apa yang dilihat, didengar atau dirasakannya. Di sistem hukum kita, saksi diajukan di pengadilan untuk membagi apa yang mereka ketahui berdasarkan pengalaman pribadi. Istilah ini digunakan dalam amanat Kristus untuk kita.

Tepat sebelum terangkat ke Sorga, Yesus memerintahkan para murid-Nya,

‘Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi’ (Kisah Para Rasul 1:8).

Namun menjadi saksi Allah tidak bermakna hanya sekadar menceritakan apa yang kita alami. Tuhan kita menjanjikan Roh Kudus untuk menyediakan pemberdayaan ilahi dalam apa yang kita beritakan. Roh Kudus adalah pribadi ketiga Tritunggal. Ketika seseorang menerima Kristus sebagai Juruselamat, Roh Kudus hadir ke dalam dirinya dan berdiam di dalamnya hingga akhir (Yohanes 14:16; Efesus 1:13; 4:30, 2 Korintus 1:22). Meski begitu, adalah mungkin memiliki Roh Kudus di dalam kita tanpa mengizinkan-Nya memberdayakan hidup Anda. Ini alasan mengapa kita diperingatkan untuk ‘penuh dengan Roh’ (Efesus 5:18). Ini terjadi ketika mengaku semua dosa yang kita ketahui, memohon pengampunan Allah, dan menundukkan hati kita kepada-Nya (1 Yohanes 1:9). Perilaku yang bergantung kepada Allah seharusnya terjadi ketika kita berjalan dan ‘hidup oleh Roh,’ mengizinkan Roh Allah menjadi sumber kehidupan Kristen melalui kita (Galatia 5:16).

Sangatlah penting bagi kita dipenuhi Roh Kudus sebelum membagikan Injil kepada orang yang belum percaya. Apa maknanya bersaksi? Sederhananya ini bermakna cukup peduli untuk membagikan kabar baik bahwa Yesus datang untuk menebus kita dari kuasa dosa dan memulihkan hubungan kita dengan Allah.

Ada ayat luar biasa di surat Paulus kepada jemaat Korintus yang memberitahukan betapa sederhananya pesan Injil:

‘Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci’ (1 Korintus 15:3-4).

Namun bagaimana memberitakan kebenaran dahsyat ini kepada orang lain? Berikut adalah beberapa pilihan untuk dipertimbangkan.

ll. Membagikan Kisah Anda

Jika kini Anda adalah orang Kristen, ada saatnya ketika Anda belum menjadi Kristen. Ingat kembali bagaimana hidup Anda berubah ketika dilahirkan secara rohani ke dalam keluarga Allah. Tuliskan beberapa pemikiran mengenai seperti apa hidup Anda sebelum mengenal Kristus dan seperti apa sekarang setelah mengenal-Nya. Ingat kembali proses pengambilan keputusan yang Anda lalui ketika membalas undangan-Nya kepada hidup baru dan catat juga hal ini. Baca ulang dan hafalkan sehingga Anda bisa menceritakannya dengan serta-merta dan nyaman kepada orang lain mengenai bagaimana Yesus telah mengubah Anda.

Setiap orang percaya memiliki kisah perjumpaan yang khas dengan Kristus. Ann, seorang resepsionis di sebuah lembaga Kristen, menulis buku harian mengenai sebagian besar hidupnya. Dia menganggap catatan tertulis mengenai pertobatannya di usia 15 sangatlah berharga. Ini adalah satu cuplikannya. ‘[Saya] menghadiri acara Billy Graham. Saya diselamatkan! Saya sangat bersukacita …. Ketika diselamatkan, saya merasakan kehangatan di dalam hati.’

Seorang professor di sebuah sekolah Alkitab mengajar mata kuliah pekabaran Injil pribadi kepada mahasiswa tahun pertama. Dia meminta para mahasiswa menuliskan kisah bagaimana mereka menerima Yesus. Dia dikejutkan dengan betapa berbedanya setiap perjalanan. Beberapa diselamatkan dari ketergantungan obat-obatan dan kebejatan moral. Yang lainnya baru menerima Kristus setelah bertahun-tahun menghadiri kebaktian di gereja dan bersentuhan dengan Alkitab.

Kisah pertobatan beraneka ragam. Rasul Paulus mengalami perjumpaan penting dengan Juruselamat yang mengubahnya dari seorang penganiaya menjadi pengkhotbah Injil (Kisah Para Rasul 26). Sebaliknya, Timotius secara perlahan diasuh dengan Kitab Suci sejak kanak-kanak, yang berujung kepada pengalaman keselamatannya (2 Timotius 3”14-15). Tidak ada dua perjalanan iman yang serupa. Namun semuanya memiliki satu hal sama, yakni berpaling kepada Tuhan Yesus dalam iman untuk diselamatkan dari dosa dan menerima hati yang baru.

Bisakah Anda merunut ulang langkah yang Anda pilih dengan bantuan Allah dalam perjalanan datang kepada Kristus? Apa kisah Anda? Tuliskan secara runut dan bayangkan Anda menceritakan itu kepada seseorang yang ingin mendengarnya.

lll. Penyajian Sederhana Injil

Sama pentingnya dengan menceritakan kisah keselamatan pribadi, kita juga membutuhkan cara yang tertata dalam membagikan pokok-pokok Injil dengan orang lain. Penyajian sederhana yang banyak digunakan disebut ‘Jalan Injil Roma.’Pada zaman dahulu, Kekaisaran Romawi membangun sistem jalan yang menjangkau luas ke berbagai tempat. Berapapun jauhnya sebuah ruas jalan terbentang dari Italia, terdapat ungkapan, ‘Semua jalan menuju ke Roma!’ Alasan di balik ini adalah karena jalan itu bisa disusuri balik hingga mencapai ibukota Kekaisaran.

Yang menarik, Injil Roma di Perjanjian Baru mengandung kebenaran alkitabiah yang cukup untuk dikutip dalam menjelaskan Injil. Memanfaatkan ayat-ayat di Injil Roma untuk menjelaskan bagaimana menerima karunia keselamatan Kristus disebut sebagai ‘Jalan Injil Roma.’ Mari kita teliti salah satu alat penginjilan ini.

[Catatan: Anda sebenarnya bisa menandai setiap ayat di Alkitab dengan satu atau dua keterangan untuk mengingatkan Anda apa yang dimaksud oleh ayat-ayat ini. Lihat kata atau frase dalam bentuk miring di bawah ini. Misalnya: Tuliskan ‘dosa’ di tepian Alkitab di dekat Roma 3:23.]

Ayat pertama di Jalan Injil Roma menuju keselamatan adalah Roma 3:23, yang berbicara perihal dosa: ‘Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.’ Kita semua telah berdosa. Kita semua telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Allah. Terlepas dari semua upaya terbaik kita, masing-masing kita gagal untuk senantiasa hidup sesuai dengan ambang batas moral sempurna yang ditetapkan Allah.

Ayat kedua di Jalan Injil Roma menuju keselamatan, Roma 6: 23, memberitahukan hukuman atas dosa: ‘Sebab upah dosa ialah maut.’

Hukuman yang selayaknya diterima atas dosa kita adalah maut. Bukan sekadar kematian ragawi namun keterpisahan kekal dari Allah.

Ayat ketiga di Jalan Inil Roma menuju keselamatan terletak di bagian kedua Roma 6:23, yang berbicara kasih karunia Allah: ‘[K]arunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.’

Roma 5:8 menyatakan, ‘Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.’

Yesus Kristus mati bagi kita, menanggung hukuman atas dosa kita. Kebangkitan Yesus memperlihatkan bahwa Allah menerima kematian Yesus sebagai pembayaran atas dosa kita dan dasar bagi kita dinyatakan tidak berdosa di hadapan-Nya.

Ayat keempat di Jalan Injil Roma menuju keselamatan adalah Roma 10:9, yang memberitahukan bagaimana kita menerima karunia itu; ‘Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.’

Oleh karena Yesus mati demi kita, haruslah kita bertobat dari semua dosa dan percaya hanya kepada Kristus untuk diselamatkan. Roma 10:13 berkata, ‘Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.’ Keselamatan tersedia bagi siapapun yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Hal terakhir dari Jalan Injil Roma menuju keselamatan adalah hasil dari keselamatan. Roma 5:1 memberitahukan: ‘Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.’ Melalui Yesus Kristus, kita bisa berdamai dengan Allah.

Roma 8:1 menegaskan, ‘Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.’ Oleh karena Yesus mati demi kita, kutuk dosa tidak akan pernah ditanggungkan atas kita.

Jika seseorang memahami Injil dan rindu untuk diselamatkan oleh Kristus, sebuah doa sederhana bisa menjadi cara untuk menyatakan iman di dalam Yesus Kristus. Berikut adalah doa yang bisa dipanjatkan: ‘Tuhan Yesus, saya membutuhkanmu. Terima kasih karena telah mati bagi saya di atas kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa saya. Saya membuka hati ini dan menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ambil kendali atas hidup ini dan jadikan saya seperti yang Engkau kehendaki.’

lV. Percakapan Penginjilan

Setelah berbagi Injil dengan seseorang, Anda mungkin mendapati bahwa orang itu belum siap membuat keputusan. Ini sebabnya sangat penting untuk tetap memelihara hubungan ini melalui ucapan kebenaran rohani dari waktu ke waktu.

Mari simak contoh alkitabiah mengenai berbagi Injil secara pribadi. Ketika kita menelaah catatan mengenai Filipus dan sida-sida Etiopia (Kisah Para Rasul 8:26-39), perhatikan cara Filipus mendengarkan dan membangun ketertarikan rohani.

Filipus sedang menikmati pelayanan yang berhasil di Samaria namun malaikat Tuhan memanggilnya dan mengutusnya ke jalan yang sunyi. Di sana, dia melihat seseorang yang duduk di kereta dengan tujuan Etiopia dari Yerusalem dan sedang asyik mempelajari sebuah gulungan.

Sida-sida ini berada jauh dari rumah. Rupa-rupanya dia datang dari Etiopia dengan tujuan beribadah di rumah ibadah orang Yahudi di Yerusalem. Mungkin di sanalah dia membeli salinan gulungan nabi Yesaya itu. Dan dia sedang membacanya dalam perjalanan pulang ke istana Sri Kandake, tempat dia bekerja sebagai bendahara.

Filipus mendekatinya dan bertanya apakah dia memahami apa yang dibacanya. Sida-sida itu mengetahui bahwa dia membutuhkan bantuan untuk memahami Allah orang Ibrani ini, jadi dia mengundang Filipus bergabung dengannya dan menjelaskan perikop Yesaya 53:7-8, yang sedang dipelajarinya. Dari perikop nubuatan ini, Filipus berhasil membagikan kisah Yesus dan betapa penting hidup, kematian, dan kebangkitan-Nya. Sida-sida itu menjadi percaya dan dibaptis.

Apa yang kita petik dari perikop ini perihal membagikan Kabar Baik?

  • Pertama, Filipus menaati arahan Allah untuk meninggalkan Samaria, menuju ke padang gurun, dan berbicara dengan orang Etiopia ini. Kita juga harus taat kepada perintah Yesus untuk memberitahu orang lain mengenai Dia, yang mungkin termasuk berbicara kepada seseorang yang sudah ditunjukkan di hati kita oleh Roh Kudus.
  • Kedua, FIlipus mendapati orang ini di tempat dia berada. Dia tidak berjalan menghampiri sambil berteriak, ‘Saya membawa kabar baik untukmu!’ Tidak, dia mendekat, mengajukan pertanyaan utama, dan menunggu undangan untuk melanjutkan percakapan.
  • Ketiga, Filipus merasakan kerinduan sida-sida itu untuk mengetahui lebih banyak. Dia duduk di sebelahnya, dan kita bisa yakin, bahwa Filipus melihat ke dalam matanya dan menangkap kesungguhanya. Ketika Roh Kudus bekerja di dalam hati seseorang, kita akan menyadarinya dan bisa menindaklanjuti dengan kisah lengkap mengenai Yesus.
  • Keempat, Filipus merujuknya kepada Kitab Suci. Sida-sida ini sebelumnya sedang membaca dari gulungan itu sehingga FIlipus merujuk kepada gulungan di hadapannya itu ketika menguraikan isi perikop itu dan merujuk kepada Yesus. Kita harus melakukan hal serupa.
    Kuasanya terkandung di dalam Firman Allah, bukan pada perkataan kita.
  • Kelima, Filipus membawanya sejauh yang dikehendakinya. Sida-sida itu dengan senang hati menerima kebenaran dari kesaksian Filipus, dan dia tidka hanya menjadi percaya namun juga dibaptis dan dipenuhi sukacita. Lagi-lagi, kita juga harus bergerak sejauh itu dan hanya sejauh kesiapan orang yang kita ajak bicara.

Asas pokok yang kita petik dari Filipus dan sida-sida Etiopia adalah membagikan iman kita seharusnya bersifat membangun hubungan dan peran kita adalah memupuk ketertarikan rohani tanpa memaksa.

V. Menantikan Tuaian

Dalam buku What’s Gone Wrong With the Harvest? James Engel dan Wilbert Norton melukiskan lewat grafik bagaimana orang-orang seringkali melalui serangkaian tahapan menjelang pertobatan sebelum akhirnya melintasi garis iman dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi.

Ketika mendengar orang berbeda berbagi mengenai pengalaman pertobatan mereka, kita mungkin menyimpulkan bahwa iman terbentuk seketika itu juga. Namun acapkali keselamatan mereka dibayangi oleh kisah panjang mengenai pergumulan rohani di baliknya sebelum membuat keputusan itu. Mereka membutuhkan waktu untuk merenungkan Injil. Bagi mereka, datang kepada Sang Juruselamat adalah sebuah proses.

Ini mirip dengan proses bertani. Penantian berbulan-bulan berakhir dan para pekerja membanjiri sawah untuk menuai. Salah satu perumpamaan Tuhan kita menggambarkan betapa iman—seperti tanaman—butuh waktu untuk bertumbuh.

Menyambut Injil seperti benih yang tumbuh: ‘mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu, hinga akhirnya, ‘musim menuai … tiba’ (Markus 4:28-29).

Karena orang-orang mungkin butuh waktu dan perjumpaan berulang-ulang dengan Injil sebelum siap untuk mengambil keputusan, kita harus peka terhadap keadaan mereka dalam perjalanan menuju iman ini. Sementara itu, kita bisa memupuk ketertarikan rohani, berdoa bagi mereka, dan menanti-nantikan tuaian!

Vl. Kemana Selepas Ini?

Sesuai yang tersurat dalam judul pelajaran di atas, Dasar-dasar Kehidupan Rohani, semua ini dirancang untuk membantu Anda memulai proses bertumbuh dalam kehidupan rohani. Selepas mencapai tujuan ini Anda kini memiliki pemahaman dasar mengenai iman Kristen dan siap melangkah maju dalam perkembangan rohani Anda. Mustahil untuk membayangkan bertumbuh dalam kehidupan rohani jika terpisah dari kegiatan telaah Alkitab, berdoa, persekutuan, dan pengabaran Injil. Kami menghimbau Anda untuk:

  • Setialah dengan jadwal rutin membaca Alkitab dan waktu berdoa. Tepati apa yang telah dijadwalkan. Dan sebaliknya, apa yang tidak terjadwal mudah terlewati! Meskipun hanya beberapa menit setiap harinya, sangatlah penting untuk rutin berdoa, membaca, mempelajari, merenungkan Firman Allah.
  • Seimbangkanlah bacaan Anda antara cakupan dan dampak. Penting untuk membaca keseluruhan Alkitab untuk pengetahuan mendalam. Dan penting pula menelaah perikop yang lebih pendek—sepotong mazmur atau amsal atau paragraf dan merenungkannya baik-baik.
  • Bergabunglah dengan gereja dan bangun hubungan dengan sesama orang percaya. Terlibat dalam kegiatan pelayanan sangatlah penting untuk mengembangkan dan menjaga kehidupan rohani yang sehat.

Akhirnya, ada sejumlah pelajaran di Universitas Kristen Our Daily Bread yang bisa Anda ikuti dan akan mengajarkan bagaimana memahami dan menelaah Alkitab dan menjalani hidup ke-Kristen-an. Di bawah ini kami usulkan beberapa pelajaran yang bisa menjadi permulaan bagi Anda.

  • Dasar-dasar Alkitab
  • Dasar-dasar Telaah Alkitab
  • Dasar-dasar Perjanjian Lama
  • Dasar-dasar Perjanjian Baru
  • Dasar-dasar Agama Dunia
  • Dasar-dasar Pemikiran Dunia