Pelajaran 1, Kegiatan 2
Sedang berlangsung

Kuliah

Pelajaran Progress
0% Menyelesaikan
00:00 /

l. Apakah Allah Bersedia Mengenal Saya?

Inti dari iman Kristen adalah keyakinan bahwa ada sosok Allah yang telah menyatakan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus dan melalui halaman di Alkitab.

Bahkan, Alkitab mencatat kisah mengenai karya agung Allah dalam sejarah, dari permulaan di Kejadian hingga akhirnya di Wahyu.

Ini adalah kisah yang bisa dibagi ke dalam tiga bagian besar: Bagian pertama dijumpai dalam dua pasal pertama Kejadian yang berisi proses Penciptaan semesta dan isinya, yang dinyatakan ‘baik’ oleh Allah.

Bagian kedua hadir di Kejadian 3:1-7 dengan Kejatuhan manusia, sebuah peristiwa yang dipicu oleh pemberontakan Adam dan Hawa yang melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan Jahat, mengakibatkan putusnya kemampuan umat manusia untuk berhubungan dengan Allah.

Bagian ketiga, Penebusan, mencakup semua peristiwa selepas pemberontakan Adam dan Hawa hingga akhir zaman (Kejadian 3:8 – Wahyu 22).

Di dalam ruang lingkup bagian ketiga inilah Alkitab mencatat rancangan Allah menebus umat manusia supaya kembali kepada-Nya. Dimulai dari janji membangkitkan Dia yang akan menaklukan dosa (Kejadian 3:15) dan memberkati semua bangsa (Kejadian 12), Allah bekerja melalui bangsa Israel dan berfirman mengenai kelahiran Yesus, yang pada akhirnya akan membawa penebusan bagi semua orang.

Melalui pengorbanan Yesus, Allah memungkinkan semua orang dipulihkan ke dalam hubungan yang sehat dengan-Nya. Yesus datang ke dunia untuk memberikan hidup baru dengan mempersembahkan hidup-Nya sebagai korban atas dosa kita. Dia telah menyelamatkan kita dari kuasa dosa yang merusak, memungkinkan kita diubahkan oleh Roh Kudus menjadi ciptaan yang dikehendaki-Nya sejak semula. Proses perubahan ini terbuka bagi siapapun yang menerima karunia keselamatan Allah dan dilahirkan kembali ke dalam kehidupan yang baru.

Yohanes 1:12 mengajarkan bahwa ‘semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.’ Tatkala mempercayai dan meyakini bahwa Yesus mati bagi dosa kita, maka kita akan diselamatkan dan diberikan janji hidup kekal.

Penting untuk memahami bahwa meski hubungan kekerabatan dan gereja seperti keanggotaan gereja dan praktik baptisan adalah bagian penting dari kehidupan orang Kristen, semua pengalaman ini tidak membuat seseorang menjadi Kristen.

Berabad-abad lalu, seorang pemuka agama bernama Nikodemus mendatangi Yesus untuk menemukan jawaban atas pertanyan rohani yang dimilikinya.

Nikodemus berkata, ‘[K]ami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.’ Jawaban Yesus tampaknya mengejutkan karena sama sekali tidak terkait dengan pernyataan Nikodemus.

Dia menjawab, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah’ (Yohanes 3:3).

Percakapan mereka menggarisbawahi perbedaan mencolok antara kehidupan ragawi dan rohani. Di Taman Eden, ketika Allah mulai bersekutu dengan Adam dan Hawa pada waktu hari sejuk, mereka belum melanggar perintah Allah. Mereka sepenuhnya berada dalam keadaan tanpa dosa.

Namun setelah mereka melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang, sebuah perubahan mendasar terjadi. Ada penghalang besar dalam persekutuan antara Allah dan manusia yang merusak hubungan keduanya.

Ketika mendengar Allah berjalan-jalan di taman seperti yang sering dilakukan-Nya sebelum itu, mereka memperlihatkan kesadaran atas pelanggaran mereka dengan bersembunyi (Kejadian 3:8-10).

Dosa menciptakan jurang pemisah yang tak terseberangi yang menggantikan persatuan erat antara Allah dan manusia. Keterasingan yang serupa berlanjut sejak hari yang menentukan itu. Kita semua diciptakan untuk bersekutu dengan Sang Pencipta, namun justru kita memilih jalan sendiri.

Alkitab berkata bahwa, ‘Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian’ (Yesaya 53:6).

Akibat menyedihkan dari pemberontakan melawan Allah adalah kematian rohani. Ketika Adam makan buah terlarang, dia mati secara rohani. Meski secara ragawi Adam hidup selama bertahun-tahun, kemampuannya untuk bersekutu dengan Allah telah dirusak oleh akibat dosa.

Ini sebabnya perkataan Yesus kepada Nikodemus adalah kabar yang sangat baik. Yesus berkata kepadanya bahwa siapapun bisa dihidupkan kembali secara rohani. Roh Kudus dari Allah sanggup hadir di dalam diri kita dan memulihkan persekutuan dengan Allah. Namun bagaimana ini terjadi?

Dalam karyanya Pensées, Blaise Pascal, ahli matematika hebat dan orang Kristen yang sangat taat, melukiskan kehampaan dalam batin manusia seperti berikut:

Apa lagi yang dinyatakan oleh kelaparan, dan ketidakberdayaan ini, selain dari bahwa pernah ada sukacita sejati dalam diri manusia, namun sekarang hanya tersisa bentuk dan jejak kehampaan?

Dengan sia-sia, manusia berusaha mengisi ini dengan semua yang di sekelilingnya, mencari hal-hal yang tidaklah nyata, mencari pertolongan yang tidak bisa diperolehnya dari hal-hal yang nyata, meskipun sesungguhnya tidak ada satupun yang bisa menolong, karena jurang tak berdasar ini hanya sanggup diisi oleh objek yang tak terbatas dan mutlak; dengan kata lain oleh Allah sendiri. (#425)

Tuhan rindu mengampuni dosa kita, memulihkan persekutuan kita dengan diri-Nya, dan memberikan anugrah hidup kekal. Namun ada beberapa persyaratan alkitabiah.

Pertama, kita harus mengakui bahwa kita adalah pendosa dan tidak sanggup menyelamatkan diri sendiri. Alkitab memberitahukan: ‘Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah’ (Roma 3:23).

Kedua, kita harus memahami kegentingan dosa kita. Kecenderungan manusia adalah mencari-cari alasan dan menganggap diri lebih baik dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Namun Allah menetapkan ambang batas kesempurnaan yang tidak bisa dipenuhi oleh siapapun dengan mengandalkan usahanya sendiri. Alkitab berkata, ‘[S]egala kesalehan kami seperti kain kotor’ (Yesaya 64:6).

‘Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita’ (Roma 6:23). Kabar baiknya adalah Kristus telah menanggung akibat dosa kita, memungkinkan kita memiliki persekutuan kekal dengan diri-Nya. Rasul Paulus menulis,

‘Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’ (Roma 5:8). Ini bermakna bahwa Yesus Kristus, yang tidak pernah berdosa, mempersembahkan hidup-Nya di atas kayu salib supaya hukuman atas dosa dibayar lunas dan pembenaran-Nya juga berlaku atas kita (2 Korintus 5:21).

Ketiga, tidak cukup hanya mengetahui bahwa Kristus mati bagi kita. Kita harus menindaklanjuti pengetahuan itu dengan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Alkitab berkata, ‘Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya’ (Yohanes 1:12).

Apakah Anda siap membuat keputusan ini? Jika ya, datanglah kepada Yesus dan sampaikan kerinduan Anda menerima pengampunan atas dosa dan memulai hubungan kekal dengan-Nya. Berdoalah seperti berikut:

Yesus, saya mengakui bahwa saya adalah seorang pendosa. Terima kasih karena Engkau mati di atas kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa saya. Kini, saya menerima Engkau sebagai Tuhan Juruselamat. Ambil alih hidup ini dan bentuk saya menjadi seperti yang Kau ingini. Amin.

Sudahkah Anda memanjatkan dosa itu? Jika sudah, Anda bisa mendapat jaminan bahwa Kristus ada dalam hidup Saudara. Yohanes menulis, ‘Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal’ (1 Yohanes 5:13).

Ayat yang menjamin ini terdapat di akhir surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes. Injil luar biasa di Perjanjian Baru ini menjabarkan bukti pertumbuhan yang bisa disaksikan dalam hidup orang percaya ketika mereka sungguh-sungguh beriman kepada Kristus. Seiring waktu, mereka mengalami sukacita rohani sebagai milik Kristus dan bagian dari keluarga-Nya yang sudah ditebus (1 Yohanes 1:1-4). Di dalam batin, mereka merasakan kerinduan untuk melangkah dalam kebenaran Firman Allah yang menerangi jalan mereka (1 Yohanes 1:5-2:29). Adanya semangat kekeluargaan baru yang menarik mereka untuk bersekutu dengan orang percaya lainnya (1 Yohanes 3-4). Akhirnya, pengalaman pribadi mereka ditandai dengan mempercayai dan melangkah dalam hubungan dengan Allah (1 Yohanes 5).

ll. Apa Makna Dilahirkan Kembali?

Meski demikian, menerima keselamatan tidak seharusnya dianggap sebagai peristiwa yang terjadi di satu waktu tertentu saja namun sebagai titik permulaan. Ketika keselamatan telah menjadi bagian hidup ini, kita dipanggil untuk bertumbuh dalam keselamatan itu, yang pada gilirannya menjadikan kita serupa dengan Kristus.

Hal ini, misalnya, juga terjadi pada bayi yang tidak dimaksudkan untuk menjadi kecil dan tak berdaya selamanya, demikian pula kita tidak dimaksudkan untuk tetap berada dalam keadaan tak berdaya dan tidak dewasa sebagai orang percaya baru dalam keluarga Allah.

Pikirkan kembali saat ketika Anda berusia sepuluh tahun. Ingatkah betapa Anda menginginkan untuk menjadi ‘dewasa’? Betapa Anda ingin bisa menyetir atau melakukan hal lain yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang lebih dewasa? Kerinduan ini juga terkadang kita rasakan dalam kehidupan rohani. Kita tidak mau menjadi anak-anak rohani selamanya. Kita mau bertambah dewasa. Ketika kita belajar mengenal dan menyenangkan hati Bapa, kita ingin mengemban tanggung jawab sebagai seorang anggota keluarga. Sama seperti halnya pertumbuhan ragawi yang membutuhkan gizi, latihan, pembelajaran, dan waktu, demikian pula perkembangan kita sebagai orang Kristen adalah sebuah proses.

Proses untuk menjadi kian serupa dengan Yesus dalam perilaku, kepribadian, pemikiran, dan tindakan disebut sebagai pembentukan rohani.

Pembentukan rohani, juga dikenal sebagai pertumbuhan rohani atau pemuridan, bukanlah peritiswa terpisah dalam kehidupan orang percaya namun justru terkait dengan setiap segi kehidupan sehari-hari.

Misalnya saja, kesehatan kita, hubungan keluarga, keuangan, pekerjaan, perihal sosial, dan kematian adalah semua segi kehidupan yang seharusnya dipengaruhi oleh identitas rohani kita di dalam Kristus.

Kehidupan rohani seharusnya mewarnai dan mempengaruhi semua yang kita kerjakan. Lebih dari itu, sebagai orang percaya, perjalanan rohani kita bersama Allah adalah bagian dari kisah agung di Alkitab karena kita adalah perwakilan, atau duta-Nya, yang pada titik ini melayani sebagai saksi atas kuasa keselamatan yang mengubahkan hidup.

Penting untuk memahami bahwa bahan ajar yang menyusun pelajaran ini lebih dari sekadar latihan akademik. Anda pasti bisa menyelesaikan semua tujuan dari pelajaran ini dan mempelajari lebih banyak mengenai kehidupan rohani namun justru melewatkan tujuan utama pelajaran ini, yakni berkembang sebagai pengikut Allah dan bertumbuh dalam hubungan kita dengan-Nya (1 Yohanes 1:3). Pada akhrinya, tidaklah cukup hanya sekadar percaya kepada Yesus; kita dipanggil untuk lebih dari itu. Kita dipanggil untuk hidup, bertindak, dan berpikir menyerupai Yesus.

lll. Bagaimana Kita Mulai Bertumbuh Dalam Kristus?

Sebuah dunia baru terbuka tatkala kita dilahirkan ke dalam keluarga Allah dan mengetahui bahwa kita akan hidup bersama Dia selamanya. Kita ingin menjelajahi kehidupan rohani baru ini seiring kita mulai bertumbuh sebagai anak-anak Allah. Sama halnya seperti nafsu makan adalah pertanda bayi sehat, ‘lapar’ akan semua hal yang berasal dari Allah adalah pertanda rohani yang sehat.

Dalam rangka mengalami hidup yang bertumbuh pesat dalam Kristus, kita akan memeriksa empat bidang komunikasi rohani. Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya (2 Timotius 3:16). Kita bercakap-cakap dengan Allah melalui doa (Filipi 4:6-7). Kita berbincang dengan sesama orang percaya mengenai Kristus (Ibrani 10:24-25), dan kita berbicara kepada orang yang belum percaya mengenai Kristus (Roma 1:16). Ketika kita bertumbuh dalam keempat bidang ini, kita akan mengalami perubahan rohani yang menjadikan kita kian serupa dengan Kristus (Roma 8:28-29).

Rasul Paulus menggambarkannya seperti ini: ‘Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar’ (2 Korisntus 3:8).

Perubahan rohani ini akan terjadi bukan karena kita berusaha lebih keras. Ini akan terjadi karena kita berada di tempat yang memungkinkan Allah, melalui kasih dan kemurahan-Nya, bekerja di dalam kita ketika kita terus-menerus menyerahkan diri, kehendak, dan waktu kita kepada-Nya.